Lompat ke konten

Buletin Prasasti Edisi 30: Reda

Sejak lahir, kita diajar untuk berbicara. Semua vokal, konsonan, rupa-rupa suara yang berputar-putar di kepala. Lambat laun, seiring kita dewasa, dunia mendadak jadi bising sekali. Pesan-pesan punya bunyi, alarm menjerit, telepon menuntut, dan segala hal lain yang membuat hidup seakan-akan adalah beban dan waktu adalah hantu yang bersembunyi di pojok kamar, siap menghantuimu sewaktu-waktu.

Tetiba saja kita rindu menjadi kecil lagi, atau jadi tua sekalian, menepi sebentar di garis spektrum usia. Kita rindu kesunyian, peristirahatan, ketenangan. Sesuatu yang mengingatkan kita mengapa segalanya jadi penting bagi diri: apa yang esensial, apa yang hanya penunjang. Mencari makna.

Hari ini kita akan menepi sebentar, memungut reda dari apa yang tersisa. Yang penting, kita bisa menghargai lagi ketenangan itu, membiarkan alam bercerita tanpa harus menyela. Mendengarkan hal-hal yang tak pernah kita dengar, tapi mengingat- kan lagi mengapa hidup adalah anugerah yang selalu cukup.

Buletin Prasasti Lainnya

1 tanggapan pada “Buletin Prasasti Edisi 30: Reda”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Iklan

Popular Posts

Apa yang kamu cari?