
Part of the Buletin Prasasti series:
- Buletin Prasasti Edisi 1: Terbit
- Buletin Prasasti Edisi 2: Waktu
- Buletin Prasasti Edisi 3: Manusia
- Buletin Prasasti Edisi 4: Terimakasih
- Buletin Prasasti Edisi 5: Ekspresi
- Buletin Prasasti Edisi 6: Ego
- Buletin Prasasti Edisi 7: Berontak
- Buletin Prasasti Edisi 8: Menang
- Buletin Prasasti Edisi 9: Eksistensi
- Buletin Prasasti Edisi 10: Hipokrit
- Buletin Prasasti Edisi 11: Batas
- Buletin Prasasti Edisi 13: Perjalanan
- Buletin Prasasti Edisi 14: Semu
- Buletin Prasasti Edisi 15: Hilang
- Buletin Prasasti Edisi 16: Perayaan
- Buletin Prasasti Edisi 17: Langit
- Buletin Prasasti Edisi 18: Diam
- Buletin Prasasti Edisi 19: Etnik
- Buletin Prasasti Edisi 21 : Berpindah
- Buletin Prasasti Edisi 22 : Mati
- Buletin Prasasti Edisi 23 : Riuh
- Buletin Prasasti Edisi 24 : Pisahan
- Buletin Bulanan Edisi 25: Enigma
- Buletin Bulanan Edisi 26: Wabah
- Buletin Bulanan Edisi 27: Setara
- Buletin Bulanan Edisi 28: Rehat
Apa yang terjadi akhir-akhir ini tampak mengerikan. Pada sesama makhluk hidup saling konflik. Keegoisan terhadap lingkungan. Buletin edisi kali ini membawa tema Mati. Mengekspresikan fenomena yang terjadi. Matinya rasa toleransi, matinya kemanusiaan, matinya kepercayaan. Orang-orang berusaha untuk menegakkan apa yang mereka anggap benar tanpa peduli lainnya. Sastra menjadi wadah untuk mengekspresikan apa yang dirasakan mengenai fenomena tersebut.
Salam Pers Mahasiswa, Salam Sastra
(Visited 103 times, 1 visits today)