- Buletin Prasasti Edisi 1: Terbit
- Buletin Prasasti Edisi 2: Waktu
- Buletin Prasasti Edisi 3: Manusia
- Buletin Prasasti Edisi 4: Terimakasih
- Buletin Prasasti Edisi 5: Ekspresi
- Buletin Prasasti Edisi 6: Ego
- Buletin Prasasti Edisi 7: Berontak
- Buletin Prasasti Edisi 8: Menang
- Buletin Prasasti Edisi 9: Eksistensi
- Buletin Prasasti Edisi 10: Hipokrit
- Buletin Prasasti Edisi 11: Batas
- Buletin Prasasti Edisi 13: Perjalanan
- Buletin Prasasti Edisi 14: Semu
- Buletin Prasasti Edisi 15: Hilang
- Buletin Prasasti Edisi 16: Perayaan
- Buletin Prasasti Edisi 17: Langit
- Buletin Prasasti Edisi 18: Diam
- Buletin Prasasti Edisi 19: Etnik
- Buletin Prasasti Edisi 21 : Berpindah
- Buletin Prasasti Edisi 22 : Mati
- Buletin Prasasti Edisi 23 : Riuh
- Buletin Prasasti Edisi 24 : Pisahan
- Buletin Prasasti Edisi 25: Enigma
- Buletin Prasasti Edisi 26: Wabah
- Buletin Prasasti Edisi 27: Setara
- Buletin Prasasti Edisi 28: Rehat
- Buletin Prasasti Edisi 29: Phobia
- Buletin Prasasti Edisi 30: Reda
- Buletin Prasasti Edisi 31: Fantasmagoria
- Buletin Prasasti Edisi 32: Personifikasi
- Buletin Prasasti Edisi 33: Natural
- Buletin Prasasti Edisi 34: Nostalgia
- Buletin Prasasti Edisi 35: Perempuan
- Buletin Prasasti Edisi 36: Surealisme
Kalau terbit diartikan sebuah awal, rasanya tidak juga. Agaknya kita perlu bertanya darimana terbit itu menggelincir sebelum akhirnya sampai saat yang kita nyatakan terbit, pun kita perlu curiga dari mana datangnya sang terbit? Ataukah terbit itu juga merupakan keterbenaman di sisi lain? Maka, tidaklah begitu pantas jika kita dilenakan oleh kebahagiaan perkara terbit.
Kalau terbit diidentikkan dengan matahari, tidak selalu begitu. Jika terbit dan terbenam saja hanya perkara sudut pandang, bukan mustahil jika terbit dibiakkan dalam berbagai interpretasi tentang apapun. Dari terbitnya kemanusiaan, terbitnya peradaban, hingga terbitnya perpolitikan. Semua, tetap berkisah tentang terbit.
Kalau terbit dikatakan sebuah harapan dan pencerahan, semoga saja begitu. niscaya, terbit kami ini dapat mengguyur semangat untuk mengabadikan untaian kata dalam prasasti selanjutnya. Tak berkeberatan pula jika prasasti-prasasti ini dijadikan mas kawin untuk meminang terbitnya minat muda-mudi pada sastra. Dan, walaupun harus memasung rasionalitas, kami berharap terbit ini tidak disertai terbenam, terbit ini tidak diikat momentum, dan tidak dimakan zaman. Terbit yang tetap terbit.
Salam pers mahasiswa. Salam sastra muda.
Illustrators:
Cover Artists:
Genres: