Malang, PERSPEKTIF—Baru-baru ini, seorang mahasiswa Program Studi (Prodi) Sosiologi mengeluhkan sikap Dosen Pembimbing (Dospem) yang tidak responsif, yang menyebabkan Tugas Akhir (TA) skripsi miliknya menjadi terkendala. Menanggapi hal tersebut, Himpunan Mahasiswa Sosiologi (HIMASIGI) melalui bidang Advokasi Kesejahteraan Mahasiswa (Advokesma) menindaklanjuti permasalahan yang ada dengan melakukan penjaringan keluhan untuk kemudian dilaporkan ke pihak Prodi.
Annisa Rohmatul selaku Ketua Departemen Advokesma menuturkan bahwa HIMASIGI telah melakukan penjaringan terkait keluhan mahasiswa Sosiologi melalui formulir pengaduan. Selain itu, HIMASIGI juga berupaya langsung menghimpun kendala melalui cerita pengalaman sesama mahasiswa Sosiologi angkatan 2021.
“Jadi, Advokesma telah menyebarkan formulir di grup angkatan 2021 dan mahasiswa boleh mengisi seperti kendala yang dialami apa saja. Dari Advokesma juga menerima sendiri hasil dari formulir tersebut. Selain itu kita juga menghimpun cerita dari teman-teman saat ngomongin soal skripsi kami, begitu,” jelas Annisa (08/11).
Berdasarkan hasil informasi yang didapat, Annisa menjelaskan bahwa mayoritas mahasiswa mengeluhkan lambatnya respon Dospem ketika dihubungi. Selain itu, HIMASIGI juga mendapatkan aduan mengenai dosen yang melanjutkan studi di luar negeri.
“Dari form tersebut kalau disebutkan mungkin pertama-tama itu slow respond, terus ilang-ilangan. Dospem dihubungi tidak membalas dan mereka (mahasiswa Sosiologi angkatan 2021, red) seperti bingung komunikasi untuk bimbingannya. Selanjutnya itu ada kendala mengenai Dospem yang melanjutkan pendidikan di luar negeri, alhasil harus digantikan. Mahasiswa bingung siapa yang menjadi penggantinya,” ujar Annisa.
Annisa juga menuturkan, setelah mengetahui berbagai keluhan yang dialami oleh mahasiswa, departemen Advokesma HIMASIGI melaporkan keluhan tersebut kepada pihak Prodi Sosiologi. HIMASIGI juga melakukan pengawasan langsung terhadap laporan yang telah diberikan.
“Mungkin bisa dibilang kita berkomunikasi sama beliau-beliau (para pemangku kebijakan Jurusan Sosiologi, red) ini apakah sudah ada penggantinya, tindak lanjut dari petinggi-petinggi Sosiologi gimana. Ternyata setelah itu ada teguran ke dosen yang bersangkutan dan kami juga me-reach out mahasiswanya sehingga sadar kalau sudah ada perubahan,” tutur Annisa.
Untuk kedepannya, Advokesma HIMASIGI mengatakan akan terus melakukan pengawasan untuk memastikan kendala yang dialami mahasiswa Sosiologi 2021 tidak akan lagi terjadi. Pihaknya juga berharap agar Dospem bisa lebih peka dan membersamai setiap perkembangan skripsi mahasiswa bimbingannya.
“Tetap kita monitor. Dosen ini tuh bakal ada perkembangan atau stuck lagi seperti susah dihubungi. Harapannya semoga Dospem bisa lebih peka kalau mahasiswa di sini butuh mereka. Mungkin tanggung jawabnya bisa nanyain bagaimana perkembangannya (skripsi mahasiswa, red), jadi jangan dilepas,” tungkas Annisa.
Marwan (bukan nama sebenarnya) seorang mahasiswa Prodi Sosiologi angkatan 2021 juga mengeluhkan hal yang sama. Marwan merasa Dospem skripsinya cukup susah dihubungi.
“Sebetulnya lebih kepada beliau yang sangat susah sekali untuk dihubungi. Jadi, kadang saya juga bingung kalau sudah kelar ngerjain tuh ngehubunginnya kayak gimana karena ketika dihubungi tuh beliau sangat sibuk, banyak alasan,” jelas Marwan pada (8/11).
Marwan menjelaskan bahwa dirinya hanya menginginkan adanya keterbukaan dari pihak Dospem. Baginya, pihak Dospem perlu untuk menyampaikan alasan ataupun informasi yang membuat Dospem tersebut sulit dihubungi.
“Saya rasa ada baiknya dosen itu juga terbuka ke mahasiswanya. Kalau memang sibuk, tolong setidaknya disampaikan ke grup. Saya rasa sebaiknya dosen seharusnya lebih komunikatif,” ujar Marwan.
Marwan berharap semoga kedepannya tidak ada lagi Dospem yang menelantarkan mahasiswa bimbingannya. Dirinya mengungkapkan bahwa perlu adanya kesadaran dari para Dospem untuk bisa lebih terbuka dan komunikatif terkait berbagai urusan yang menghambat proses bimbingan skripsi. (hr/lzh/ahi)