Lompat ke konten

The Boy and The Heron: Perjalanan Menembus Dimensi Mencari Ibu Mahito

Sumber: My Dirt Sheet
Oleh: Nabila Muthiarahma*

Tanggal Rilis: 14 Juli 2023

Durasi: 124 menit

Sutradara: Hayao Miyazaki

Cerita: Hayao Miyazaki

Produser: Toshio Suzuki

Studio: Studio Ghibli

Distributor: Toho

Kasih sayang seorang anak kepada ibunya adalah salah satu bentuk cinta paling murni yang pernah ada. Tak peduli seberapa jauh jarak memisahkan atau rintangan yang menghadang, seorang anak akan selalu berkeinginan untuk melindungi orang yang paling berarti dalam hidupnya. Namun bagaimana jika rintangan itu berupa dimensi lain yang penuh misteri dan bahaya?

Film “The Boy and The Heron” disajikan emosional dan membawa penonton ke perjalanan menembus ujung dunia penuh perjuangan seorang anak membawa pulang ibunya. Maka dari itu, untuk merasakan tantangan yang dihadapi Mahito, mari kita bahas bersama kisah ini. Disclaimer, ulasan ini mengandung spoiler. Maka dari itu sebelum membaca ulasan ini, pembaca dapat menonton filmnya terlebih dahulu.

Kematian Ibu Kandung

Berlatar belakang pada tahun 1942, pada masa terjadinya perang dunia II. Suatu malam, seorang anak laki-laki bernama Mahito Maki terbangun di tengah berisiknya serangan udara yang dilancarkan ke desa tempat ia tinggal. Ia kemudian mendengar kabar bahwa rumah sakit tempat ibunya bekerja terbakar akibat bom, menewaskan sang ibunda yang sedang berjaga saat itu.

Pada tahun keempat perang, Mahito kecil dan ayahnya memutuskan untuk pindah dari Tokyo ke pedesaan. Di sana, ia bertemu dengan Natsuko, yang merupakan adik perempuan dari ibu kandungnya. Tanpa Mahito sadari, sang ayah ternyata sudah menikah lagi dengan Natsuko, yang saat itu sedang hamil.

Mengetahui hal tersebut, Mahito merasa kurang nyaman tinggal bersama ibu angkatnya, dan beberapa kali membuat kenakalan di sekitar rumah. Ia kemudian berteman dengan salah seorang pelayan bernama Kiriko, yang mengenal betul ibu kandung Mahito.

Selama tinggal di rumah barunya, Mahito diganggu seekor burung cangak (Grey Heron) yang berkelakuan janggal. Awalnya, ia hanya mengira bahwa burung ini menyambut kedatangannya di desa. Akan tetapi, hal ini berubah ketika Heron mulai mengganggunya.

Gangguan Monster Cangak

Burung cangak tersebut kian lama kian menunjukkan keanehan, mulai dari menghampiri Mahito secara terus menerus, hingga mencoba untuk memanipulasi isi pikiran Mahito. Puncaknya adalah, ketika Mahito mengetahui kalau Heron tersebut juga dapat berbicara. Ia mulai meminta tolong pada Mahito, sampai  memberi tahu bahwa sebenarnya ibunya masih hidup. Hal ini kemudian menimbulkan pertanyaan besar di dalam kepala Mahito.

Suatu hari, Heron berhasil memancing Natsuko yang sedang hamil untuk masuk ke sebuah menara di dekat rumah mereka, dan langsung membawanya ke dimensi lain bernama Sea World. Tak lama berselang Mahito yang ingin menemui si cangak untuk menemui ibu kandungnya, juga masuk perangkap yang sama di menara tersebut.

Dari sinilah Mahito memulai petualangannya di dimensi lain dan bertemu dengan berbagai makhluk aneh. Saat itu, ia masih berambisi untuk membawa pulang ibu kandungnya yang bernama Himi dari dimensi lain ini.

Petualangan di Dimensi Lain

Di awal kedatangannya, Mahito melihat sebuah gerbang emas besar dan didorong oleh segerombolan burung pelikan untuk masuk kesana. Ia kemudian diselamatkan dengan Kiriko versi muda yang merupakan seorang nelayan yang mahir menggunakan api menggunakan tongkat sihir.  Kiriko kemudian mengasuh Mahito sampai ia pulih dan bersiap ke kerajaan.

Pada suatu malam, ia melihat segerombolan makhluk imut yang sedang terbang menuju langit. Akan tetapi, makhluk tersebut diserang oleh segerombolan burung pelikan di tengah perjalanannya. Sosok Himi muda kemudian datang dengan kekuatan api dan mengusir pelikan-pelikan tersebut. Di malam yang sama, ia bertemu kembali dengan Heron dan melanjutkan perjalanan mencari ibunya.

Mereka mendatangi sebuah rumah yang didalamnya banyak burung Parkit yang hendak memangsa dan memakannya. Pasukan parkit ini memaksa Heron dan Mahito berpisah demi keselamatan masing-masing. Tak lama setelah itu, munculah Himi yang menyelamatkan Mahito agar tidak dimakan Parkit-parkit tersebut. Ikatan batin keduanya terasa erat, membuktikan hubungan darah di antara Himi dan Mahito.

Kasih Ibu

Himi kemudian berkata bahwa Natsuko merupakan adiknya, dan sedang dikurung untuk melahirkan keturunan manusia di alam tersebut. Mengetahui bahwa keadaan Natsuko dalam bahaya, keduanya berpetualang menyelamatkannya. Himi sempat membawa Mahito ke sebuah tempat dengan pintu bernomor 132. Di sana, ia melihat Shoichi (ayahnya) yang sedang mencarinya Mahito, tetapi enggan kembali ke garis waktunya karena masih ingin melanjutkan mencari Natsuko.

Momen ini yang membuat Mahito sadar bahwa ia tak akan lahir apabila membawa Himi ke garis waktunya saat ini. Karenanya, ia hanya ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan sang Ibu, sembari menyelamatkan ibu angkatnya

Kemudian Himi membawanya ke tempat Natsuko dibaringkan untuk melahirkan. Akan tetapi, ia justru diserang oleh perban-perban yang mengelilingi Natsuko. Himi berusaha membantu Mahito yang terjebak perban-perban itu dengan kekuatan apinya dan juga mengajak Natsuko untuk pulang. Namun mereka semua pingsan di tempat.

Mahito tiba-tiba terbangun, dan bertemu dengan kakek buyutnya yang merupakan penguasa menara. Kakek buyutnya mengatakan hanya bertahan satu hari lagi mengatur dimensi ini. Ia menunjukkannya sebuah batu dan menanyakan apakah Mahito mau menggantikannya untuk menjaga batu itu.

Kemudian ia bertemu dengan Heron lagi dan berniat untuk menyelamatkan Himi yang ditangkap oleh Parkit saat pingsan. Parkit tersebut ingin menyerahkan Himi ke kakek buyutnya yang ternyata seorang penyihir dengan iming-iming menguasai dimensi lain ini.

Raja parkit tetap berusaha untuk membinasakan Mahito karena telah melanggar masuk ke ruang bersalin Natsuko tanpa izin. Tetapi penyihir menyatakan hendak membebaskan Mahito karena dia anak baik. Mahito kemudian bertemu dengan Himi yang telah siuman dan bertujuan untuk menemui kakek buyutnya itu.

Kiamat Dimensi Lain

Sang kakek buyut bersiap memberikan balok balok kehidupan miliknya kepada Mahito dan memohon padanya untuk membangun dunia yang lebih baik dengan balok-balok itu. Mahito menolak, mengakui kebenciannya sendiri yang diwujudkan oleh bekas luka yang ditimbulkannya sendiri, dan bersumpah untuk merangkul mereka yang mencintainya.

Raja Parkit yang tidak terima, kemudian mengambil balok-balok itu untuk mencoba membangun dunia yang lebih baik sendiri, tetapi tumpukan itu terlalu tidak stabil dan jatuh. Dunia mulai runtuh dan banjir. Mahito, Himi, dan Heron melarikan diri, bersatu kembali dengan Natsuko dan Kiriko.

Setelah mengetahui bahwa Himi adalah ibu kandungnya, Mahito memperingatkannya tentang nasibnya, tetapi ia lebih memilih kembali ke waktunya sendiri tanpa khawatir. Mahito kembali bersama Natsuko, kembali kek pintu 132, garis waktu mereka yang sebenarnya. Tak lama kemudian menara tempat mereka masuk tersebut hancur tak tersisa.

Dua tahun setelah perang berlalu, Mahito kembali ke Tokyo bersama ayahnya, Natsuko, dan saudara laki-lakinya yang baru.

Kesimpulan

Film garapan studio Ghibli  ini menunjukkan proses Mahito yang akhirnya berdamai dengan kenyataan. Perjalanan menuju hal tersebut digambarkan dengan kejadian yang sangat kompleks, dimana ia terbawa ke beberapa dimensi kehidupan yang membuatnya akhirnya sadar dan bisa menerima keadaan dan menganggap Natsuko sebagai ibu sambungnya.

Dari sini juga dapat kita lihat pengorbanan Himi yang merupakan ibunya Mahito berusaha membantu anaknya untuk bisa menemukan apa yang ia cari. Kemudian perjuangan Mahito menemukan Natsuko yang hilang sampai berhasil walaupun melalui proses panjang..

Mahito dihadapkan pada pilihan antara menciptakan dunia fantasinya sendiri atau kembali ke dunia nyata. Hal ini menyampaikan pesan bahwa menghadapi kenyataan dan menerima luka-luka adalah satu-satunya cara untuk menjalani kehidupan. Film ini cukup direkomendasikan bagi pembaca yang gemar menonton film petualangan dengan gaya animasi studio asal Jepang yang khas ini.

(Visited 25 times, 1 visits today)
*) Penulis merupakan mahasiswa Psikologi FISIP UB angkatan 2023 dan saat ini aktif sebagai anggota magang Divisi Redaksi LPM Perspektif

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Iklan

E-Paper

Popular Posts

Apa yang kamu cari?