- Buletin Maba Edisi 2 Tahun 2015
- Buletin Maba Edisi 3 Tahun 2015
- Buletin Maba Tahun 2016 Edisi 1
- Buletin Maba Tahun 2016 Edisi 2
- Buletin Maba Tahun 2016 Edisi 3
- Buletin Maba Edisi 1 Tahun 2017
- Buletin Maba Edisi 2 Tahun 2017
- Buletin Maba Edisi 3 Tahun 2017
- Buletin Maba Edisi 1 Tahun 2018
- Buletin Maba Edisi 2 Tahun 2018
- Buletin Maba Edisi 3 Tahun 2018
- Buletin Maba Edisi 1 Tahun 2019
- Buletin Maba Edisi 2 Tahun 2019
- Buletin Maba Edisi 3 Tahun 2019
- Buletin Maba Edisi PKKMB UB Tahun 2020
- Buletin Maba Edisi PKKMABA FISIP 2020
- Buletin Maba Edisi 1 Tahun 2021
- Buletin Maba Edisi 2 Tahun 2021
- Buletin Maba Edisi 3 Tahun 2021
- Buletin Ospek Edisi 1 Tahun 2022
- Buletin Ospek Edisi 2 PKKMABA Tahun 2022
- Buletin Ospek Edisi 3 PKKMABA Tahun 2022
- Buletin Ospek Edisi 1 Tahun 2023
- Buletin Ospek Edisi 2 Tahun 2023
- Buletin Ospek Edisi 3 Tahun 2023
- Buletin Ospek Edisi I 2024
- Buletin Ospek Edisi 2 Tahun 2024
- Buletin Ospek Edisi 3 Tahun 2024
Menjadi mahasiswa seringkali diidentikkan dengan kemandirian, tidak lagi dengan serta-merta bergantung pada orang lain. Di usiausia inilah, manusia ditempa menjadi manusia yang tangguh, berjuang menuntaskan harapan dipundaknya. Mereka juga dituntut siap membuat keputusan, dengan segala pertimbangan konsekuensi.
Beragam tuntutan dibebankan pada pundak mahasiswa: menjadi penjaga moral, calon pemimpin, dan sebagainya. Sementara, mahasiswa menyikapinya dengan berbagai cara. Menjadi aktivis, misalnya. Setidaknya, begitulah ingatan kolektif kita tentang arti menjadi “mahasiswa”, manusia-manusia beruntung yang mengenyam pendidikan tinggi dan diharapkan menjadi man of analysis.
Apapun itu, terutama soal cara mahasiswa bertindak menyikapi harapannya masing-masing, harapan orang tua, maupun masyarakat, masih menjadi perdebatan yang tampaknya tak pernah usang. Pasalnya, definisi “mahasiswa” yang kemudian mewujud dalam cara mahasiswa bersikap di lingkungan, yang menjadi perdebatan itu nisbi tak lengkap. Begitu pula kebanggaan yang melekat di status “mahasiswa”, tak pernah lengkap jika definisi “mahasiswa” itu masih goyah.
Begitulah harapan-harapan yang mesti dipikul di pundak mahasiswa. Masyarakat kita seringkali kesulitan memisahkan mutiara dari pasir. Segala yang berlumur pasir akan dianggap sebagai kotoran. Itulah yang diharapkan dari mahasiswa. Mengabdi pada masyarakat lewat implementasi ilmu yang mereka dapat. Sebab, hanya man of analysis-lah yang mampu memisahkan mutiara dari pasirnya.
Selamat datang, selamat berjuang menuntaskan harapan!
Editors:
Illustrators:
Genres: