Padahal sudah kunyalakan perapian untukmu
Tapi ternyata masih tak cukup hangat
Tubuhmu kembali membeku
Pun mulutmu turut membisu
Padahal sudah kuambilkan nadiku
Agar jantungmu tetap berdebar
Tapi kau menolak
Kau bilang percuma
Sebab darah kita tak lagi sama
Padahal sudah kubelikan sepasang cincin yang menawan
Yang sudah lama kau dambakan
Tapi untuk apa?
Jari manismu tak lagi ada di hadapan
Malam ini,
Kebisingan Paris menusuk gendang telinga hingga kerongkongan
Malam ini,
Kau menjejalkan pil pahit, memaksaku menelan
Riuh tawa terasa lara
Ada yang Bahagia, ada yang sengsara
Tentu saja aku yang kedua
Sialku,
tragis di kota paling romantis
(Visited 111 times, 1 visits today)