Lompat ke konten

Polaroid dalam Almari

Oleh: Mohammad Reynaldo Satrio Utomo*

Menerka suatu fana yang terbalut oleh sentuhan para penguasa

Fenomena dalam mega rupa yang tak terbaca oleh nista

Tertuang dalam laksana tinta hitam serupa nikotin

Pilu yang selalu menjadi patologi batin,

Terbungkam oleh kuasa kasat mata di dimensi tua nan bangka

Bak luapan  rasa yang menjadi suatu sirna dalam semesta

Almari kayu reyot di sudut pojok yang kian rapuh

Melambai, memecah lamun dalam keheningan pikiran sepuh

Hati terpatri dalam memori kelam di kala dini hari itu,

seolah penghalang  tuk memendam sebuah tragedi bisu.

Sesak dalam siksa kenangan yang dicipta oleh si iblis

menjadi suatu prasasti yang terukir dalam guratan tragis.

Udin, 16 Agustus sembilan puluh enam

Air mata tumpah ruah membuat semakin terbenam,

kala memori terbang kembali dalam balutan imaji,

sang perwarta yang di musnah dengan keji,tak berhati.

Penanda pekat bagai awan hitam september

Yang selalu menagih janji pada mereka yang masih teler,

teler akan fana nya kebebasan.

Polaroid hitam putih rak almari reyot itu,

Wujud bungkam nya sang terhormat pada keadilan yang semu

tuk apa memori selalu terpatri dalam jiwa?

Jika sang petinggi hanya jumawa pada kuasa

(Visited 37 times, 1 visits today)
*) Penulis merupakan mahasiswa jurusan Ilmu Pemerintahan angkatan 2020 FISIP Universitas Brawijaya yang sedang menyukai bidang kepenulisan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Iklan

E-Paper

Popular Posts

Apa yang kamu cari?