Lompat ke konten

Sarang Sayap-Sayap Gersang

Oleh: Putri Gemilang Hutajulu*

Sayap-sayap gersang menjadi serpihan arang, dibakar matahari jatuh diatas bunga dan ilalang

Kupu-kupu — yang tak pernah jelita — melonglong menangis pada matahari perihal tak lagi mampu terbang guna menyicip awan

Matahari, berdiri setinggi angkasa, sejajar dengan bintang, angkuh — enggan memandang selain binar sinarnya

Tertatih kupu-kupu bersisa badan, hendak dimakamkan diatas bunga dan ilalang. Binasanya sayap-sayap gersang menyatu dengan angin lalu terbang tak berarah

Wejangan pahit si insan yang sudah mati pun menjadi sarang baru yang sama tak pernah berharganya di mata yang bertakhta

Bersaranglah sayap-sayang gersang, mengalahlah walau sudah bersusah-susah. Bisulah atas si berada yang gemar menjajah dengan nyawa yang menjadi taruhan. Yang susah memangnya bisa apa?

(Visited 119 times, 1 visits today)
*) Penulis merupakan mahasiswi Ilmu Komunikasi angkatan 2020, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya. Saat ini sedang aktif sebagai anggota di Divisi Sastra LPM Perspektif.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Iklan

E-Paper

Popular Posts

Apa yang kamu cari?