*Oleh: Reyhan F. Fajarihza
Ah ya. Dahulu kita hanya sekumpulan anak berusia belasan tahun yang berangan-angan tentang dunia.
Dahulu kita punya mimpi-mimpi besar juga. Lucunya kita juga percaya untuk bisa meraihnya.
Setelah berapa waktu berjalan bersama, engkau mulai menyadari congkaknya dunia. Aku juga. Lantas sepertinya kita menyerah.
Remaja tanggung seperti kita akhirnya mencari pelipur lara. Sigaret. Bir. Wanita. Menjadikan itu hiburan layaknya yang dilakukan orang dewasa. Kita pun perlahan juga menuju ke sana.
Barangkali kerasnya dunia bisa kita atasi dengan nikmat keduniawian itu sendiri. Persetan dengan hakikat hidup yang tak pernah kita temui. Beranjak tua seolah tak ada arti.
Oh ya. Kini aku berada entah di mana, berdiam membusuk layaknya manusia hina. Apa kabar kalian di sana? Rupa-rupanya inilah perwujudan angan kita perihal dunia, tempat segala harap dan makna dikubur bersama.
*)Penulis merupakan mahasiswa Hubungan Internasional angkatan 2018 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya. Saat ini aktif sebagai Pimpinan Divisi Litbang LPM Perspektif.
Pingback: IGAU PENDOSA TUA – Reyhan Fernanda Fajarihza