Lompat ke konten

Hasil FnP Pemilwa Keluar, Banyak Calon Tidak Paham Mekanisme Legislatif dan Kefisipan

Ramai – Keramaian mahasiswa menyaksikan kampanye bersama dan deklarasi damai calon DPM dan BEM pada Senin (26/11) di Panggung Apresiasi FISIP (Perspektif/Anggi)

Malang, PERSPEKTIF – Panitia Pemilihan Wakil Mahasiswa (Pemilwa) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik  (FISIP) pada Senin (19/11) mengumumkan hasil Fit and Proper Test (FnP) melalui Official Account (OA) Panitia Pemilwa. Berdasarkan pengumuman tersebut, didapati tujuh belas calon Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM). Terdapat dua belas calon yang memiliki nilai dengan rata-rata sekitar lima puluh, sedangkan lima calon sisanya memperoleh hasil dengan rentang nilai enam puluh hingga sekitar tujuh puluh.

Hapiz Daulay, Ketua DPM 2018 dan juga panelis yang menguji calon DPM, menanggapi mengenai banyaknya calon yang memiliki rata-rata nilai sekitar lima puluh. Ia mengatakan tidak mengetahui secara keseluruhan kondisi tersebut bisa terjadi, karena penilaian FnP dilakukan bersama dua belas panelis lainnya.

“Panelis ada tiga belas orang, jadi penilaian kembali ke mereka masing-masing. Terkait hasil penilaian memiliki asas rahasia, di mana sistem penilaian dilakukan tertutup, antar panelis pun tidak saling mengetahui terkait penilaian,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa hasil FnP itu merupakan gabungan penilaian yang dikumpulkan. Kemudian, dirata-rata dari masing-masing panelis oleh panitia pemilwa.

Georgeiana Astrid Marchela yang juga panelis mengungkapkan telah memberi penilaian yang wajar. “Saya juga tidak mengerti kenapa hasilnya sampai di ambang batas lima puluh persen. Kemarin sempat saya tanyakan ke panelis yang lain. Saya pribadi dalam memberikan penilaian tidak timpang satu sama lain,” jelas Astrid.

Lebih lanjut Astrid merasa dalam memberikan penilaian juga sudah sesuai dengan indikator penilaian FnP.“Kalau saya pribadi memberi nilai sesuai aja ya, karena saya tidak peduli orangnya siapa, latar belakangnya apa. Selama memang bagus saya kasih nilai bagus dan kalau pun kurang bagus saya tidak sampai beri nilai 0, saya kasih nilai yang masih masuk diakal ya,” terangnya.

Senada dengan Astrid, Hapiz mengungkapkan telah memberikan penilaian sesuai indikator FnP. Menurutnya banyak calon DPM yang belum memiliki pengetahuan mengenai hal mendasar yang harus dipahami untuk menjadi DPM.

“Saya beberapa kali memberikan pertanyaan dan banyak yang tidak bisa menjawab, misalkan anggota DPM kan harusnya mengerti teknik persidangan, mekanisme pembuatan Undang-Undang, aspek-aspek pembuatan Undang-Undang. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu tidak bisa dijawab,” tambah Hapiz.

Astrid menambahkan masih terdapat beberapa calon DPM yang belum memahami salah satu indikator penilaian FnP, yakni pemahaman mengenai kefisipan. “Beberapa ada yang tidak tahu isu kefisipan, bahkan jumlah LKM LSO ada yang tidak tahu berapa. Ada juga yang bilang LSO itu bukan LKM, padahal semua LSO di bawah naungan LKM. Hal-hal dasar seperti itu ada beberapa orang yang belum bisa membedakan,” tambahnya.

Selain itu, ia mengatakan beberapa calon belum bisa memahami sejarah FISIP dengan baik. Belum mampu menawarkan solusi konkrit terkait isu permasalahan di FISIP.

Fikri Gozali, salah satu Calon DPM mengungkapkan perolehan FnP yang ia dapatkan tidak sesuai ekspektasi. Fikri mengaku sudah mempersiapkan dengan baik untuk menjalani FnP.“Sebenarnya saya sudah mempersiapkan dengan baik terkait seluruh persyaratan FnP. Saya juga tidak menemukan hambatan yang berarti terkait FnP ini,” jelasnya.

Berbeda dengan Fikri Gozali, Alief Bayu yang juga calon DPM mengungkapkan hasil FnP yang didapatkan sesuai dengan usaha yang telah dilakukan. “Sebanding dengan usaha, saya sudah menyiapkan jauh hari terkait dengan FnP,” ungkap Bayu.

Menanggapi hal di atas, Hanief Heertasada mahasiswa HI 2016 mengungkapkan keresahannya. Ia merasa kesulitan dalam menentukan pilihan, karena FnP berfungsi untuk menjadi pertimbangan dan melihat kualitas.

“Dengan hasil tersebut secara pribadi membuat saya sulit menetukan pilihan, karena dari hasil angka FnP yang rata-rata rendah. Mayoritas angka yang rendah ini juga rasanya menyurutkan minat saya untuk berartisipasi memilih di Pemilwa,” jelas Hanief. (zul/cup/wur)

(Visited 588 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Iklan

E-Paper

Popular Posts

Apa yang kamu cari?