gemuruh riuh berisik di sudut kepala
berlalu-lalang senantiasa umpatannya
melonglong menutup telinga
menyulam luka, bersemayam dalam duka
sebab berumah ia pada manusia
ditumbuk kehilangan
meraung bak serigala hilang kawanan
seolah tersesat ia di ladang ilalang
buram matanya, hampa rasanya
katanya dunia kejam
mencipta bahagia yang sementara
mencipta bersama yang tak nyata
mencipta luka di tiap akhir cerita
katanya katanya katanya
hingga ia betah menangisi manusia
yang dinamis, tak akan pernah menetap
menutup mata dari Dia yang selalu menetap
menunggumu menyapaNya lewat doa
menyiapkan bahu teraman untuk tiap gelisah
menyecap tenang dibawah rengkuhNya
pernahkah kau menjamah aman yang pasti
dari yang Esa yang tak pernah pergi
dan berumah abadi di ujung tiap amin,
tak pernah hirau karena Ia selalu di sisi?
asli bacanya tertampar parah.
bagaimana aku bisa menggalau dan merasa tak ada yang mencintai sedangkan Tuhan selalu menyertai dan “menungguku menyapa-Nya lewat doa”