Hari itu, kala kita temu di senandung biru
Bersama cendana yang mengudara semu
Pemuja ini menatap matamu
Mengumpul beribu ragu jadi kalimat tabu
Kala itu, rasa semu terutara tanpa ragu
Menembak degup jantung tuan ayu
Cendana yang kau himpit di tanganmu layu
Matamu menatapku sendu
Tuan maaf
Tapi kala rasa di ujung kalbu menggerogoti jiwaku
Aku terbujuk rayu, mencekikmu dengan kalimat mendayu
Tuan aku tahu, sepucuk ungkapan cintaku membuatmu buntu
Biru itu, kala cakrawala menderu abu abu
Jawabanmu untukku tak kalah kelabu
Hatimu bak membatu
Tak mampu rengkuh jiwaku
Cendana yang kau himpit kala kita temu
Sarinya tertinggal di pelupuk mataku
Bersama langkahmu yang kian jauh
Bersama jiwaku yang kian tak utuh
Tuan kau lupa
Kau lupa bawa cendanamu
Perihnya tertinggal di mataku
Tuan kau lupa bawa ragaku bersamamu
Tuan kau lupa membalas cintaku