Lompat ke konten

FISIP Darurat Ruang Kelas, WD II: Efek Ketidakselarasan antara Jumlah Ruang Kelas dan Mahasiswa Tiap Tahunnya 

Ilustrasi: Anggi

Malang, PERSPEKTIF – Memasuki semester genap tahun ajaran 2024/2025, perhatian kembali tertuju kepada kondisi sarana dan prasarana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Pertumbuhan jumlah mahasiswa yang tidak diimbangi dengan penambahan ruang kelas menyebabkan kendala dalam proses belajar-mengajar. Ini menyebabkan beberapa kelas harus dilaksanakan di Lantai 1 Gedung A yang kurang kondusif.

Ahmad Imron Rozuli, Wakil Dekan II FISIP UB menyatakan jika adanya kelas di lantai 1 gedung A ini disebabkan dari ketidaksinkronan antara jumlah mahasiswa baru dan jumlah ruang kelas yang tersedia.

“Nah problem-problem yang muncul memang terjadi karena belum ada keselarasan antara yang diterima dengan jumlah yang kita sediakan (kelas, red). Itu kan (kelas, red) pasti tidak bertambah karena gedung kita tidak bertambah, begitu logikanya.” tuturnya  (25/04). 

Ketika ditanya terkait solusi, Imron menegaskan bahwa ia dan rekan fakultas sudah memiliki sketsa. Salah satu alternatif penting adalah membatasi penerimaan mahasiswa baru. Selain itu, fakultas juga merancang wacana kelas gabungan lintas fakultas. Meski begitu, Imron mengatakan bahwa alternatif-alternatif ini masih harus digodok kembali.

“Memang harus ada upaya-upaya penyelesaian berkaitan dengan kuota tadi (mahasiswa baru, red). Harapan kami (pihak fakultas, red) kuota mahasiswa, terutama S1, harus dikurangi agar sesuai dengan kapasitas. Tetapi juga dimungkinkan ke depan itu kita menggunakan sarana lintas fakultas (bergabung dengan fakultas serumpun, red).” ujarnya.

Tak hanya soal ruang kelas, ketimpangan distribusi mahasiswa di setiap kelas juga menjadi sorotan. Ada kelas yang diikuti 50 mahasiswa. Sementara itu, ada kelas yang nyaris kosong dengan hanya diikuti 10 peserta. Menurut Imron, ketimpangan distribusi ini bukan semata akibat kondisi lapangan, melainkan adanya kesalahan teknis dalam sistem penetapan mahasiswa per kelas dari pihak kemahasiswaan.

“Nah, kalau untuk itu, saya juga ingin menanyakan ke pihak kemahasiswaan apakah ada kesalahan atau bagaimana cara mereka menentukan pembagian kelas setelah KRS-an. Kok ada kelas yang overload, padahal maksimal jumlah mahasiswa di satu kelas itu sebanyak-banyaknya ya 40 orang,” jelas Imron.

Vincent (bukan nama asli), mahasiswa Ilmu Komunikasi 24 juga menyatakan kurang setuju dengan pembelajaran di Lantai 1 Gedung A. Menurutnya, hawa panas dan kebisingan orang yang melintas dapat mengganggu fokus mahasiswa.

“Menurut saya, kampus perlu untuk mempertimbangkan jumlah penerimaan mahasiswa atau membuat gedung baru, terutama membuat gedung baru untuk FISIP karena mahasiswanya sangat banyak,” gagas Vincent (26/4).

Ani (bukan nama asli) mahasiswa ilmu komunikasi 23 berharap jika kedepannya pihak fakultas dapat mengkondisikan kembali ruang kelas agar tidak terlalu padat sehingga kegiatan belajar mengajar juga dapat dilakukan dengan maksimal. 

(fel/fai/zen/alr/nat)

(Visited 61 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Iklan

E-Paper

Popular Posts

Apa yang kamu cari?