Lompat ke konten

Pesan Koin kepada Genggam

Ilustrator - Muthia Fakhira T.
Oleh: Rifqi Septian Dewantara*

Aku adalah serpih—dinominalkan harga yang bernilai, dibayar melalui rajah, hingga terkikis; pun kusam, lalu terkenang suaka sejarah

Aku adalah saksi—yang mengguncang sekelap mata, yang mengubah tradisionil, yang menjadi telah jadi, yang nyata lewat peradaban

Aku sungguh riil—jika telapakmu berinteraksi dengan yang lain. Aku sungguh-sungguh riil jika pecahanku tidak lepas dari wujud-wujud yang menempel

Aku hidup di antara benda mati. Aku ada, sebab kalian. Aku berjalan di sela-sela sakumu, dompetmu, atau selip-selipan rahasiamu.

Kalaupun aku kusam, aku berarti tercemar dari kantong kemiskinan; yang tidak dirawat dalam kasih sayang dan dihampar ke tempat-tempat kotor; tercemar oleh berbagai kepentingan, atau terkontaminasi dari identitas-identitas buruk

Karenanya, sudah menjadi kewajibanku untuk tidak setia kepada genggaman. Dan jika boleh menutur kepada genggam, aku ingin berkata:

“Kalaupun kau setia, pasti kau akan lupa. Entah kau lupa menaruhnya, atau aku hilang diambil orang.”

(Visited 36 times, 1 visits today)
*) Penulis merupakan pihak eksternal dari LPM Perspektif. Penulis berasal dari Balikpapan, Kalimantan Timur. Alumnus Telkom University prodi S1 Ilmu Komunikasi (2016). Menulis puisi sejak 2018. Pernah merambah penulisan prosa-liris dan artikel seni budaya. Karya-karyanya pernah tersebar di beberapa media online maupun majalah digital seperti Media Indonesia, BeritaSatu, Suara Merdeka, Borobudur Writers & Cultural Festival, Omong-Omong Media, Majalah Elipsis, dll.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Iklan

E-Paper

Popular Posts

Apa yang kamu cari?