Aku adalah serpih—dinominalkan harga yang bernilai, dibayar melalui rajah, hingga terkikis; pun kusam, lalu terkenang suaka sejarah
Aku adalah saksi—yang mengguncang sekelap mata, yang mengubah tradisionil, yang menjadi telah jadi, yang nyata lewat peradaban
Aku sungguh riil—jika telapakmu berinteraksi dengan yang lain. Aku sungguh-sungguh riil jika pecahanku tidak lepas dari wujud-wujud yang menempel
Aku hidup di antara benda mati. Aku ada, sebab kalian. Aku berjalan di sela-sela sakumu, dompetmu, atau selip-selipan rahasiamu.
Kalaupun aku kusam, aku berarti tercemar dari kantong kemiskinan; yang tidak dirawat dalam kasih sayang dan dihampar ke tempat-tempat kotor; tercemar oleh berbagai kepentingan, atau terkontaminasi dari identitas-identitas buruk
Karenanya, sudah menjadi kewajibanku untuk tidak setia kepada genggaman. Dan jika boleh menutur kepada genggam, aku ingin berkata:
“Kalaupun kau setia, pasti kau akan lupa. Entah kau lupa menaruhnya, atau aku hilang diambil orang.”