Malang, PERSPEKTIF – Bermulanya semester genap tahun ajaran 2024/2025 selaras dengan adanya kegiatan-kegiatan praktikum mahasiswa. Namun, terdapat persoalan yang dialami oleh mahasiswa salah satunya di Program Studi (Prodi) Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB). Mahasiswa Sosiologi FISIP UB mengalami kendala terkait tidak adanya alokasi dana praktikum pada beberapa mata kuliah.
Nike Kusumawati, seorang dosen Sosiologi, memberikan tanggapan terkait tidak adanya dana praktikum pada mata kuliah berpraktikum. Menurutnya, aturan yang ditetapkan oleh pihak rektorat menjadi penyebab utama tidak adanya alokasi anggaran tersebut.
“Saya kemudian meng-cross check ternyata kemudian tidak ada dana praktikum dari plafon (batas maksimal alokasi, red) dari universitas, dari rektorat,” tutur Nike (14/3).
Ia menekankan bahwa kebijakan ini berdampak pada berbagai aspek penyelenggaraan praktikum, mengingat kegiatan ini membutuhkan biaya operasional untuk menunjang keberlangsungannya. Tanpa adanya dana dari universitas, mahasiswa terpaksa menanggung sendiri berbagai keperluan seperti transportasi, konsumsi, hingga keperluan administratif lainnya.
Lebih lanjut, Nike menjelaskan bahwa ketidaksediaan dana praktikum tidak hanya terjadi di Prodi Sosiologi, tetapi juga di seluruh program studi dalam rumpun sosial humaniora. Hal ini disebabkan oleh kebijakan universitas yang membatasi alokasi dana praktikum hanya untuk fakultas yang memiliki laboratorium fisik, seperti program studi dalam rumpun sains dan teknologi.
“Rektorat universitas hanya kemudian membiayai fakultas-fakultas yang eksakta aja karena ada laboratorium secara fisik,” jelas Nike.
Terkait hal ini, pihak Prodi Sosiologi belum memberikan sosialisasi kepada mahasiswa mengenai perubahan kebijakan ini. Akibatnya, muncul miskonsepsi di kalangan mahasiswa terkait keberadaan dan penggunaan dana praktikum.
“Mungkin kesalahannya adalah pada penyosialisasinya aja. Jadi proses sosialisasinya itu yang kemudian tidak matang,” ucap Nike.
Sementara itu, Iffat Argya Indrasara, mahasiswa Sosiologi angkatan 2023, menyampaikan keluhannya terkait besarnya biaya yang harus dikeluarkan secara mandiri untuk mengikuti praktikum. Ia mengungkapkan bahwa pengeluaran ini mencakup biaya akomodasi, konsumsi, alat tulis, serta transportasi, yang secara keseluruhan cukup membebani mahasiswa.
“Akhirnya kita bertanya-tanya, kenapa saat kita praktikum masih harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit, minimal Rp 500.000 per orang,” keluh Iffat (12/3).
“Soal biaya belum ada solusi yang konkret dari departemen,” tuturnya.
Iffat berharap ke depannya prodi Sosiologi memiliki solusi yang konkrit mengenai dana praktikum yang selama ini diresahkan oleh mahasiswa. (cea/lzh/rfy/sj/nat)