Oleh: Sara Salim*
Mencetus elegi tapi tak sepenuhnya, romansa tapi bukan seharusnya
Dan kulihat belakangan langit membiru melatar awan berarak
Hujan turun sesekali di tanah kami, tanah merah gersang punya Tuhan
Jalanan-jalanan besar di kota lengang dan semua manusia sepakat berdiam di rumah-rumah mereka
Bahkan tak kulihat seorang pun mau membuka pintunya
Tiga hari yang lalu,
Kudengar kabar duka dari pemimpinku yang mati
Kuhela nafasku dan kupinjami resap hatiku buat beberapa waktu
Aku tidak mengenalnya, tapi anak istrinya pasti tengah meratap penuh seluruh
Sudah berapa lama sejak ini terjadi, hatiku berkalut resah
Mewanti menanti-nanti kabar yang jangan saja kudengar, ogah
Tapi dia telah menjadi buah bibir seantero negeri, bertengger paling puncak pada senyumnya yang pasi
Cuma airmata yang tak turun tapi jiwa gontai tak terperi
Apa kabarmu hari ini?
Lihat kalimat itu. Padanya kugantungkan harap agar kau lekas menjawab.
*)Penulis merupakan mahasiswi Ilmu Komunikasi angkatan 2018 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya. Saat ini aktif sebagai Pimpinan Divisi Sastra LPM Perspektif.