Lompat ke konten

Kericuhan Warnai Penutupan TPS Pemira di FISIP

Memanas - Adu mulut antara calon pemilih dengan panitia Pemira FISIP UB saat TPS ditutup Rabu (20/11) petang (PERSPEKTIF/Ayu)

Malang, PERSPEKTIF Penutupan Tempat Pemungutan Suara Pemilihan (TPS) Pemilihan Mahasiswa Raya (PEMIRA) 2019 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) oleh panitia Pemilihan Wakil Mahasiswa (Pemilwa) FISIP diwarnai kericuhan Rabu (20/11) petang.

Kericuhan tersebut terjadi akibat penutupan secara mendadak oleh panitia Pemira FISIP. Selain itu, adanya provokator dalam penutupan tersebut juga menjadi pemicu dari kerucuhan di pintu masuk TPS ketika baru ditutup.

Hal tersebut dibenarkan oleh salah satu mahasiswa FISIP yang tidak mendapat giliran memilih, Rifki Yudhana. “Ini karena kami sudah mengantre sekitar satu jam, tetapi tiba-tiba antrean ditutup tanpa alasan yang jelas. Tadi juga sempat ada beberapa provokator,” ungkapnya.

“Di akun resmi PEMIRA UB maupun Pemilwa FISIP, disebutkan bahwa TPS ditutup pukul 18.00, tetapi 17.30 tadi, antrean sudah ditutup, padahal antrean masih panjang,” jelas Rifki.

Melalui orasinya, Yusza selaku Steering Committee pelaksanaan Pemilwa FISIP UB mengakui bahwa telah terjadi miskomunikasi fatal antara panitia Pemilwa FISIP dengan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) UB. “Kami sudah mengikuti prosedur dari panitia PEMIRA pusat, tetapi tiba-tiba mereka menginstruksikan untuk langsung ditutup pada 17.30,” ungkapnya.

“Kami telah dibohongi oleh DPM UB. Saya minta mereka (DPM UB, red.) bertanggung jawab ke masyarakat FISIP!” tambah Yusza.

Menanggapi hal tersebut, Akhmad Muwafik Saleh selaku Wakil Dekan (WD) III FISIP menyatakan bahwa prosedur penutupan TPS sudah memenuhi prosedur dari panitia PEMIRA pusat. “Penutupan ini sudah memenuhi prosedur, tetapi seharusnya informasi sebelum pelaksaan diberikan dengan lebih jelas dari panitia,” katanya.

Muwafik juga menyatakan bahwa kericuhan yang terjadi merupakan bukti kurang maksimalnya upaya panitia PEMIRA dan Pemilwa dalam mengarahkan calon pemilih di pagi hari. “Harusnya para pemilih digerakkan untuk memilih saat pagi hari, bukannya sore hari. Karena sistem ­e-vote akan bekerja maksimal saat pagi dan siang hari,” ujarnya.

“Saya sarankan tahun depan membuka dua TPS di FISIP,” pungkas Muwafik.

Hingga berita ini ditulis, belum ada tanggapan resmi dari panitia Pemilwa FISIP. (mim/ais/rff/pch)

(Visited 230 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Iklan

E-Paper

Popular Posts

Apa yang kamu cari?