Malang, PERSPEKTIF – Pemilihan Rektor (PILREK) Universitas Brawijaya (UB) 2018 memiliki perbedaan dari pemilihan sebelumnya. Perbedaan tersebut terdapat pada penghapusan sistem grassroot, di mana hanya civitas akademika UB yang bisa mendaftar. Pada PILREK kali ini, dibuka kesempatan bagi pendaftar dari luar UB maupun pejabat pemerintah setingkat eselon II-A untuk mendaftarkan diri sebagai bakal calon rektor.
“Terkait dengan bakal calon, meskipun bukan dari kalangan civitas akademika tetap bisa mendaftar. Akan tetapi, harus memenuhi ketujuh belas poin dalam Permenristekdikti Nomor 19 Tahun 2017,” jelas Abdul Latief Abadi, Sekretaris PILREK 2018 (17/1).
“Lagipula para bakal calon diminta membuat visi misi. Apabila visi misinya dirasa tidak sejalan dengan UB, maka tidak akan dipih oleh senat. Karena visi misi nantinya akan melekat pada saat menjabat,” tambah Latief Abadi.
Latief menjelaskan lebih lanjut bahwa ada tiga pagar yang tidak bisa dilalui oleh rektor sendirian. Pertama, senat yang memiliki fungsi untuk pengawasan akademik. Kedua, pengawasan non-akademik dilakukan oleh dewan pengawas yang mewakili Kementerian Keuangan dan Kementerian Ristekdikti. Ketiga, ada statuta yang bersifat mengikat serta untuk pengubahan segala sesuatunya harus disahkan oleh menteri melalui senat terlebih dahulu.
“Karena sebenarnya rektor itu adalah manajer. Bukan yang punya otoritas untuk akademik. Otoritas akademik itu ada di jurusan,” tegas Latief. Abdul Latief Abadi juga mengungkapkan harapannya untuk rektor baru nanti bisa membawa UB ke arah manajemen modern. “Seyogyanya yang memimpin adalah mereka yang bisa membawa institusi ini ke arah manajemen modern,” jelasnya.
Senada dengan Abdul Latief, Ketua Senat UB, Ariffin, berharap rektor yang baru nanti mampu mengembangkan potensi UB secara keseluruhan (17/01).
“Diharapkan siapapun rektornya nanti, mampu mengembangkan UB secara kaffah. Artinya mampu mengembangkan kualitas tri darma pendidikan dalam mewujudkan visi dan misi UB,” tutupnya. (ran/zul/wur)
