Para Pemateri sedang melakukan kegiatan tanya jawab dengan para peserta Simposium Ecsotic (10/10)
(Atni/Perspektif)
Malang, PERSPEKTIF – Membangun kembali Negara Indonesia sebagai poros maritim dunia dewasa ini telah menjadi perhatian berbagai kalangan. Salah satu wacana yang diusung Presiden Joko Widodo tersebut kini dikaji oleh entitas dari berbagai disiplin ilmu. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (BEM FEB UB) salah satunya.
Bekerja sama dengan Forum Mahasiswa Ekonomi Indonesia (FMEI), BEM FEB UB menyelenggarakan Simposium Nasional dan Lomba Esai bertajuk “Pengembangan Potensi Kemaritiman dalam Mewujudkan Visi Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia”, Sabtu (10/10) yang bertempat di Aula Gedung F Lantai 7 FEB. Acara yang dinamakan Ecsotic (Ekonomi dan Politik) tersebut mengkaji potensi maritim Indonesia dari segi ekonomi dan politik. Sejatinya, potensi maritim dapat dilihat dari berbagai macam aspek. Dengan memiliki wilayah laut yang luas, dapat menjadi peluang maupun tantangan tersendiri bagi Indonesia.
Staf Ahli Kementrian Perikanan dan Kelautan, Saut Hutagalung menjelaskan hal tersebut di dalam simposium. “ Selama ini banyak orang yang menilai maritim dari perikanan saja, sementara banyak hal lain yang belum dieksplor seperti kosmetik, farmakologi, ataupun industri lain. Inovasi SDM adalah hal yang penting dalam meningkatkan indeks daya saing global di bidang maritim khususnya aspek ekonomi ,” ujar Saut.
Dalam acara tersebut, konsep pembangunan tol laut juga menjadi salah satu bahasan penting. Joko Noerhuda salah satu pemateri dari PT Pelabuhan Indonesia III menegaskan hal tersebut. “Pembangunan tol laut akan mempermudah koneksi jalur perdagangan melalui laut, akan ada 24 pelabuhan tol laut,” jelas Kepala Biro Perencanaan Startegis dan Kinerja Perusahaan PT. PELINDO III ini .
Ia juga menambahkan, salah satu bentuk implementasinya adalah pembuatan jalur terminal Teluk Lamong. Proyek yang sedang digarap Pelindo III tersebut diharapkan dapat mempermudah perdagangan internasional dan menekan biaya logistik.
Simposium tersebut juga dihadiri oleh Chairul Djaelani selaku Wakil Ketua Bidang Peternakan, Perikanan, dan Hasil Laut Kadin Jawa Timur, Dosen FEB UB, Iswan Noor sebagai pembicara. Selain itu, turut hadir beberapa delegasi mahasiswa Fakultas Ekonomi dari berbagai universitas yang tergabung dalam FMEI seperti UB ,UI, UGM, Unpad,Undip dan beberapa universitas lain.
Pada akhir simposium, terdapat rekomendasi perumusan kebijakan yang dilakukan oleh para delegasi FMEI diantaranya peningkatan industri galangan kapal, peningkatan kualitas SDM, serta eksplorasi sektor migas dan Perikanan. (asd)
(Visited 120 times, 1 visits today)