- Buletin Bulanan 2017 Edisi 1: Menyoroti Tata Kelola Kantin
- Buletin Bulanan 2017 Edisi 2: Menggugat Otonomi Kampus
- Buletin Bulanan 2017 Edisi 3: Mata-mata Kampus
- Buletin Edisi Khusus Tahun 2017
- Buletin Bulanan 2017 Edisi 4: Usut Aset-aset UB
- Buletin Bulanan 2017 Edisi 5: Carut Marut UKM UB
- Buletin Bulanan 2018 Edisi 1: Pembungkaman Kebebasan Berekspresi dan Berpendapat
- Buletin Bulanan 2018 Edisi 2: Menilik Seratus Hari Kerja Nuhfil Hanani
- Buletin Bulanan 2018 Edisi 3: Wajah Kampus Ramah Difabel
- Buletin Bulanan 2019 Edisi 1: Ragam Soal Wisuda UB
- Buletin Bulanan 2019 Edisi 2: Simpang Siur Tata Kelola Kendaraan di UB
- Buletin Edisi Khusus Tahun 2019
- Buletin Bulanan 2019 Edisi 3: Bangkitnya Kopma UB
- Buletin Bulanan 2020 Edisi 1: Kesehatan Mental dan Badan Konseling Mahasiswa
- Buletin Bulanan 2020 Edisi 2: Dasar Hukum dan Kasus Kekerasan Seksual
- Buletin Bulanan 2021 Edisi 1: Lika-Liku Pandemi Tahun Kedua
- Buletin Redaksi Edisi 2 Tahun 2021: Dinamika Kuliah Daring Universitas Brawijaya
- Buletin Redaksi Edisi 3 Tahun 2021: Diorama Kampus Merdeka
- Buletin Redaksi Edisi 1 Tahun 2022 : Getar - Getir Nasib Pekerja
- Buletin Redaksi Edisi 2: Papua [Nestapa] yang Istimewa
- Buletin Redaksi Edisi 3: Dramaturgi Anugerah Honoris Causa
Surat Redaksi
Bagi kami peristiwa Gerakan 30 September (G30S) 1965 bukan hanya perkara gejolak politik yang telah mengubah perjalanan bangsa ini. Namun, kejadian tersebut merupakan tragedi kemanusiaan terbesar yang pernah terjadi, tak ada jumlah pasti
korban yang terbunuh, menurut Komando Angkatan Darat, Sarwo Edhie Wibowo setidaknya ada 3 juta nyawa yang melayang.
Dalam “Buletin Edisi Khusus Eks Tahanan Politik 1965” kami ingin keluar dari apa yang dinamakan dengan glorifikasi sejarah. tidak terjebak pada cerita-cerita yang sudah ada sebelumnya. Di sini kami menyajikan bagaimana perjalanan hidup para eks tapol 1965. Tidak jarang mereka mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi, baik saat ditangkap, dipenjara, bahkan saat bebas dari tahanan.
Dalam buletin ini yang kami sajikan adalah cerita di balik peristiwa G30S 1965, mencoba mencari kisah hidup dari para eks tapol 1965 baik menjelang, saat peristiwa itu berlangsung, dan pasca peristiwa itu terjadi. Kami juga tidak bermaksud untuk menguji peristiwa G30S dengan prosedur metodologi sejarah yang ketat, dalam jurnalistik kami mencoba menghadirkan pesona sejarah yang minim diketahui oleh publik dan lebih menyentuh sisi personal eks tapol 1965. Tak ada pretensi apapun terhadap peristiwa G30S 1965.
Walaupun begitu, besar harapan kami jika luka lama 1965 dapat menemukan titik rekonsiliasi. Serta stigma negatif terhadap komunisme, maupun ajaran-ajaran kiri tak ada lagi dalam masyarakat Indonesia, maupun kampus- kampus pada khususnya. Yang harus diperangi adalah upaya penggiringan opini tentang bahaya laten komunisme. Menganggap komunisme itu atheis.
Salam Hangat dari Redaksi.
La Historia Me Absolvera.