- Buletin Bulanan 2017 Edisi 1: Menyoroti Tata Kelola Kantin
- Buletin Bulanan 2017 Edisi 2: Menggugat Otonomi Kampus
- Buletin Bulanan 2017 Edisi 3: Mata-mata Kampus
- Buletin Edisi Khusus Tahun 2017
- Buletin Bulanan 2017 Edisi 4: Usut Aset-aset UB
- Buletin Bulanan 2017 Edisi 5: Carut Marut UKM UB
- Buletin Bulanan 2018 Edisi 1: Pembungkaman Kebebasan Berekspresi dan Berpendapat
- Buletin Bulanan 2018 Edisi 2: Menilik Seratus Hari Kerja Nuhfil Hanani
- Buletin Bulanan 2018 Edisi 3: Wajah Kampus Ramah Difabel
- Buletin Bulanan 2019 Edisi 1: Ragam Soal Wisuda UB
- Buletin Bulanan 2019 Edisi 2: Simpang Siur Tata Kelola Kendaraan di UB
- Buletin Edisi Khusus Tahun 2019
- Buletin Bulanan 2019 Edisi 3: Bangkitnya Kopma UB
- Buletin Bulanan 2020 Edisi 1: Kesehatan Mental dan Badan Konseling Mahasiswa
- Buletin Bulanan 2020 Edisi 2: Dasar Hukum dan Kasus Kekerasan Seksual
- Buletin Bulanan 2021 Edisi 1: Lika-Liku Pandemi Tahun Kedua
- Buletin Redaksi Edisi 2 Tahun 2021: Dinamika Kuliah Daring Universitas Brawijaya
- Buletin Redaksi Edisi 3 Tahun 2021: Diorama Kampus Merdeka
- Buletin Redaksi Edisi 1 Tahun 2022 : Getar - Getir Nasib Pekerja
- Buletin Redaksi Edisi 2: Papua [Nestapa] yang Istimewa
- Buletin Redaksi Edisi 3: Dramaturgi Anugerah Honoris Causa
Editorial - Perbaiki Tata Kelola Aset UB
Universitas Brawijaya (UB) perlu mencermati beberapa aset yang bermasalah, jalankeluarnya harus dicari. Meskipun UB selalu mendapatkan predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dalam pelaporan keuangannya, namun itu bukanlah tanpa cacat. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun 2015 menemukan kejanggalan dalam laporan keuangan UB. Itupun diakui oleh Wakil Rektor (WR) II, bidang keuangan dan administrasi umum UB, akan tetapi menurutnya hal itu telah diselesaikan.
Tapi WR II mengakui beberapa aset yang dimiliki UB bermasalah. Dalam Laporan Keuangan UB tahun 2015 UB Press mengalami kerugian. Laporan Keuangan UB 2016 dipaparkan mengalami stagnansi pendapatan. UB mungkin perlu melakukan studi banding ke Universitas Airlangga dalam mengelola percetakan, sebab salah satu civitas akademika UB lebih memilih menerbitkan bukunya di tempat tersebut daripada di UB Press.
Perbedaan pandangan terjadi dalam menyikapi aset berupa tanah yang dimiliki oleh UB di Lampung. Ada yang berencana melepaskan, ada pula yang ingin tetap dikelola UB. Tak hanya itu, keberadaan aset berupa hutan yang berada di daerah Karang Ploso, disanksikan oleh petani kopi yang memanfaatkan lahan tersebut. Begitupula dengan keberadaan Rumah Sakit UB di komplek perumahan Griya Shanta, salah satu warga mengaku tidak nyaman dengan adanya RS UB tersebut.
Pihak UB tak boleh mengabaikan kerugian dari UB Press, status tanah di Lampung, protes dari petani kopi dan warga Griya Shanta.
Illustrators:
Genres: