Malang, PERSPEKTIF – Ratusan massa aksi yang berkumpul di Stadion Kanjuruhan menggelar aksi simbolik berupa prosesi penyalaan lilin dan doa bersama pada Selasa (01/10). Aksi simbolik tersebut diprakarsai oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Malang Raya untuk memperingati dua tahun Tragedi Kanjuruhan. Massa aksi yang hadir dari berbagai elemen turut serta mengikuti rangkaian prosesi secara khidmat sebagai bentuk penghormatan dan seruan keadilan bagi 135 korban jiwa yang kehilangan nyawanya dalam tragedi tersebut.
Abdul, selaku Koordinator Lapangan pada aksi tersebut menjelaskan bahwa aksi simbolik diadakan untuk mendukung aspek mental dan spiritual dalam perjuangan masyarakat mencari keadilan. Dirinya menegaskan, perjuangan yang dilakukan saat ini tidak hanya bersifat fisik tetapi juga membutuhkan kekuatan spiritual yang diwujudkan dengan doa bersama
“Ya sebenarnya kita juga selain menyuarakan aksi tadi, kita juga melakukan doa. Artinya dalam gerakan spiritual kita lakukan. Jadi biar sama-sama balance antara terkait dengan perjuangan dengan juga gerakan spiritual,” ujar Abdul pada Selasa (01/10).
Abdul juga menambahkan, aksi simbolik yang dilakukan juga ingin memberikan pesan persatuan dan solidaritas. Pesan tersebut diberikan kepada seluruh elemen masyarakat untuk bersatu dalam menyuarakan keadilan pada Tragedi Kanjuruhan. Aksi ini pun berakhir sesuai rencana dengan tertib dan damai.
“Aksi hari ini memang kita konsep dengan aksi damai. Tidak ada skenario chaos atau apapun karena memang isu ini berlangsung dengan keluarga korban. Artinya kita soft, tidak ada anarkis-anarkis dan sebagainya,” tungkasnya.
Pada aksi simbolik tersebut, prosesi penyalaan lilin dan doa bersama dilakukan di bawah patung Singa Tegar Jawara. Massa aksi yang hadir berjejer membentuk lingkaran dan saling mengalungkan tangan di bahu sesamanya sembari menyanyikan lagu-lagu persatuan, serta diakhiri dengan doa bersama. Rencananya, aksi Peringatan 2 Tahun Tragedi Kanjuruhan di bulan ini akan dilanjutkan pada tanggal 3 Oktober (bertepatan dengan Aksi Kamisan) dan 5 Oktober (penyambutan pak Midun dari Jakarta). Rangkaian aksi di bulan Oktober dilaksanakan pada tanggal 1, 3 dan 5 yang merepresentasikan angka korban meninggal pada tragedi tersebut, yakni berjumlah 135 orang. (hr/ahi)