Malang, PERSPEKTIF – Sejak dimulainya Rangkaian Jelajah Almamater Universitas Brawijaya (RAJA Brawijaya) pada 16-21 Agustus 2022 hingga menjelang akhir semester ganjil tahun ini, masih belum ada kejelasan dari pihak kampus mengenai pengadaan jas almamater bagi mahasiswa baru angkatan 2022. Hal ini seperti mengulang lagu lama tentang terlambatnya pembagian jas almamater Universitas Brawijaya (UB) pada tahun-tahun sebelumnya.
Mengutip lpmperspektif.com, angkatan terakhir yang menerima atribut mahasiswa seperti jas almamater, topi, dan kaos sebelum RAJA Brawijaya adalah angkatan 2013. Setelah itu, pembagian atribut mahasiswa selalu terlambat dengan beragam dalih dari kampus seperti pengadaan lelang yang terlambat sampai kelalaian dari pihak konveksi. Bahkan pada tahun 2016, terjadi unjuk rasa dari mahasiswa baru yang protes terkait lamanya pengadaan jas almamater. Dari sini, pihak rektorat kemudian melakukan evaluasi dan pengadaan jas almamater kembali tepat waktu sebelum dimulainya RAJA Brawijaya pada tahun 2017.
Namun, hal tersebut kemudian kembali pupus pada tahun 2020 dan 2021. Dengan dalih pandemi dan penerapan protokol kesehatan, pembagian jas almamater bagi mahasiswa kembali terlambat. Bahkan, mahasiswa angkatan 2021 baru mendapatkan jas almamater pada masa perkuliahannya di semester kedua.
“Kalau angkatan 2021 kemarin itu sebenarnya disebabkan ada pandemi tidak boleh ada kerumunan dan mahasiswa masih belajar secara daring. Maka pendistribusiannya kami bagi dalam jadwal. Kami sudah siap, tapi waktu itu memang harus mempersiapkan sesuai protokol kesehatan,” tutur Rujita dari Direktorat Aset UB terkait keterlambatan pembagian almamater di tahun 2021 (28/11).
Pengadaan jas almamater tahun 2022 yang belum menemukan kejelasan semakin menimbulkan tanda tanya karena sampai saat ini (12/13) belum ada proses tender yang sedang berjalan. Jika melihat dari laman Layanan Pengadaan Secara Elektronik (lpse.ub.ac.id) UB, proses tender pengadaan jas almamater terakhir terjadi untuk mahasiswa baru tahun akademik 2021/2022 dengan pemenang CV. Amarta Wisesa. Informasi mengenai pembagiannya pun hingga saat ini belum terdengar oleh mahasiswa baru angkatan 2022.
“Jujur buat informasi pasti kapan dapet almet (jas almamater, red), aku sendiri tidak tahu. Tapi kalau nanya dari kakak tingkat 2021, mereka rata-rata dapetnya awal-awal semester dua begitu,” ujar Laura Margaretha, mahasiswa baru jurusan Ilmu Komunikasi 2022 saat ditemui Tim Perspektif (5/12).
Ia kemudian menambahkan jika membutuhkan jas almamater saat ini, ia masih meminjam ke kakak tingkat yang sudah mempunyai jas tersebut. Laura lalu berharap semoga kedepannya pembagian jas almamater sudah dilakukan dari awal masuk kampus.
“Pihak kampus harusnya perhatian soal hal ini (pengadaan jas almamater, red). Mengingat UB merupakan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang terkenal. Pembagian jas almamater yang telat saja menurut aku sebagai mahasiswa baru agak aneh dan ribet juga kalau ada kegiatan formal yang butuh jas almamater tersebut,” ungkapnya.
Tak berbeda dengan Laura, Aura Azzahra, mahasiswa Hubungan Internasional 2022 mengatakan pengadaan jas almamater penting untuk melakukan tugas proyek mata kuliah yang harus turun ke lapangan. Maka, jika di semester pertama sudah ada kegiatan turun lapangan, keterlambatan pembagian jas almamater benar-benar menjadi masalah yang serius bagi mahasiswa baru UB.
“Dosen kami menyarankan kalau ruang lingkup penelitiannya di luar UB maka sebaiknya memakai almamater supaya teman-teman lain di luar kampus bisa mengenali bahwa kami adalah anak UB yang secara formal memiliki kepentingan mengadakan penelitian di tempat tersebut,” katanya (9/12).
Ihwal alternatif meminjam jas almamater dari kakak tingkat, Aura berpendapat bahwa hal tersebut juga tak lepas dari kendala. Hal ini karena mahasiswa baru masih banyak yang tidak memiliki kenalan kakak tingkat sehingga kesulitan dalam mencari pinjaman jas almamater. Maka dalam hal ini, menurut Aura, jas almamater adalah hal krusial yang seharusnya sudah dimiliki oleh mahasiswa baru sejak awal memasuki dunia perkuliahan.
“Jujur saya sedikit sedih karena saya berharapnya begitu kita masuk ke dalam dunia perkuliahan, jas almamaternya bisa dibagikan kepada mahasiswa baru karena tadi, jika ada tugas turun lapangan yang membutuhkan pemakaian almamater, kita bisa langsung pakai almamater milik kita sendiri. Harapan saya, UB bisa segera mempercepat proses pembagian jas almamater kepada mahasiswa baru karena kita membutuhkannya untuk kegiatan-kegiatan perkuliahan,” tutur Aura.
Terkait dengan upaya advokasi yang dilakukan oleh lembaga Eksekutif Mahasiswa (EM) UB, Tim Perspektif kemudian menghubungi Atla Tegar Amrullah, Dirjen Advokasi EM UB pada Senin (28/11) lalu. Namun yang bersangkutan menolak memberikan keterangan karena proses advokasi sampai saat ini masih berjalan.
Penjelasan Pihak Kampus: Tahun ini UB Swakelola
Menjawab permasalahan terlambatnya pembagian jas almamater bagi mahasiswa angkatan 2022, Tim Perspektif lalu menemui pihak Direktorat Aset UB pada Senin (28/11) di Gedung Rektorat UB. Berawal janji temu dengan Rujita, tapi Tim Perspektif kemudian berhadapan dengan enam orang sekaligus di ruang tersebut, termasuk yang bersangkutan.
Rujita menjelaskan, jas almamater untuk tahun 2022 ini sedang dalam proses pembuatan. Ia berkata pembagian jas almamater akan disesuaikan dengan jadwal per fakultas. Nanti, informasinya bisa dilihat dari Sistem Informasi Akademik Mahasiswa (SIAM) UB. Rujita menambahkan, semuanya harus benar-benar siap dahulu baru diinformasikan pembagian jas almamater tersebut.
“Saran kami (untuk pemakaian jas almamater, red) bisa meminjam dulu seperti meminjam teman satu kamar atau satu kos. Pakainya juga tidak setiap hari. Itu solusinya menurut saya. Karena untuk jas almamater angkatan 2022 ini sedang diproses,” ujarnya.
Salah seorang lain dari Direktorat Aset UB menambahkan, mulai tahun ini pengadaan jas almamater sedikit berbeda.
“Dari yang idealnya kita menerima jas almamater itu waktu daftar ulang sehingga kita bisa membagikannya dan bisa dipakai saat Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB, red). Namun, tahun ini ada lompatan baru,” tuturnya.
Pihak lain dari Direktorat Aset UB di tempat tersebut kemudian menjelaskan, keterlambatan pembagian jas almamater disebabkan status UB yang kini telah menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH). UB disebut tengah menjalankan proses transisi sehingga melakukan produksi jas almamater secara mandiri dengan memanfaatkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
“Tahun ini kami lakukan swakelola, tujuannya adalah diharapkan ada lompatan kualitas, untuk memaksimalkan badan usaha UB yang ada sehingga dari UB untuk UB juga, dan memberdayakan UMKM,” ujarnya.
Mereka lalu sepakat jika hal ini merupakan sebuah prestasi karena UB adalah satu-satunya PTN-BH yang berani melaksanakan pembuatan barang habis-pakai dalam jumlah yang sangat besar secara mandiri. Kampus-kampus di Indonesia yang lain belum ada yang berani. Maka dari itu, mereka mengatakan perlu dukungan semua elemen di kampus termasuk mahasiswa.
“Harapannya karena ini masih masa transisi, nanti InsyaAllah tahun depan jas almamater bisa tersedia lebih awal. UB sedang bertransisi dan produksi ini tidak berhenti, pun nanti 2023 saat mahasiswa baru masuk, almamater bisa langsung dibagikan. Hal ini menggerakkan UMKM dan UMKM ini juga adalah bagian dari UB, sehingga bisa menghidupi mereka juga,” ujarnya.
Selain itu, untuk menanggapi kekhawatiran kebutuhan jas almamater oleh mahasiswa baru, Direktorat Aset UB menjawab bahwa kebutuhan akan jas almamater bagi mahasiswa baru masih belum terlalu mendesak. Sebab untuk kepentingan laboratorium, mahasiswa masih bisa menggunakan jas laboratorium. Sedangkan untuk kegiatan turun lapangan, menurut mereka masih belum ada.
“Bukan masalah jika semester satu belum dapat jas almamater, dan baru akan salah kalau setelah setahun masih belum dapat,” tuturnya. (sr/dm/gra/rsa)