Malang, PERSPEKTIF – Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) angkat bicara mengenai kabar ‘kewajiban’ membeli buku karya dosen yang dinilai memberatkan mahasiswa. Ditemui di Lantai 7 Gedung C FISIP UB pada Senin (15/3), Rachmat Kriyantono, dosen bersangkutan, memberikan klarifikasi.
“Tanpa menyalahkan pihak manapun, mungkin apa yang saya sampaikan dimaknai berbeda dari apa yang saya maksudkan. Saya tidak mewajibkan mahasiswa untuk membeli buku, tetapi mahasiswa memang wajib membacanya untuk perkuliahan,” kata Rachmat kepada awak Perspektif.
Rachmat menjelaskan bahwa penugasan berupa resume merupakan salah satu dorongan agar mahasiswa dapat membaca dan memahami materi yang diberikan.
“Supaya mahasiswa tidak hanya mendengarkan (penyampaian materi di kelas, red), saya meminta mahasiswa menulis resume,” ujar Rachmat.
Selain itu, Rachmat mengatakan bahwa pembelian buku tidak serta merta menjadi penentu dalam penambahan nilai.
“Pada akhir semester, mungkin ada nilai mahasiswa yang sangat rendah. Pembelian buku hanya menjadi pilihan dalam bentuk antisipasi, seperti halnya penambahan tugas. Dalam praktiknya, itu pun hampir tidak pernah saya lakukan,” terangnya.
Menurut Rachmat, komunikasi antara dirinya dan mahasiswa tidak terjalin dengan baik, sehingga terjadi mispersepsi.
“Saya meminta maaf karena ada proses komunikasi yang berjalan kurang baik, karena gagal dalam membuat mahasiswa bertanya langsung,” tutupnya. (rff/ais)