Judul Buku: Soeka Doeka Djawa Tempo Doeloe
Penulis: Olivier Johannes Raap
Penerbit: KPG (Kepustakaan Gramedia Populer)
Cetakan: Cetakan ke-2, 2015
Tebal: 176 halaman
Nama Peresensi: Dian Maharani
Buku Soeka Doeka Djawa Tempo Doeloe merupakan karya dari seorang warga negara asal Belanda yang bernama Olivier Johannes Raap. Buku ini merupakan karya keduanya, karya pertamanya berjudul Pekerdja Di Djawa Tempo Doeloe. Buku ini berisi mengenai perjalanan hidup penduduk Pulau Jawa dengan memilih tema kehidupan sehari-hari namun lebih terfokus pada tradisi dan kebudayaan sosial.
Berbeda dengan kebanyakan buku sejarah lainnya, buku ini berfokus pada segala bidang. Tak hanya itu saja, dalam buku ini bukan teks yang dijelaskan oleh gambar, namun gambar yang menjelaskan sebuah teks karena sumber dari tulisan yang dibuat oleh penulis adalah kartu pos. Buku ini berisi mengenai tradisi serta kebudayaan yang menyelimuti kehidupan penduduk Pulau Jawa yang terungkap lewat kartu pos yang terbit pada masa itu.
Di bagian awal buku ini, penulis memaparkan sejarah kartu pos, menilai usia kartu pos, hingga model yang dipakai dalam kartu pos tersebut. Buku ini memiliki sepuluh bagian, namun ada beberapa bagian yang menarik. Salah satunya yakni pada bagian pernikahan yang di dalamnya mengungkap mengenai adat dan budaya perkawinan Jawa.
Budaya yang paling terkenal adalah kawin gantung, yaitu meski sudah menikah kedua mempelai muda belum hidup bersama dan tinggal di rumah orangtua masing-masing. Perkawinan “digantung” sampai pasangan dianggap cukup dewasa. Selanjutnya ada pada bagian kesenian, yang mana terdapat kesenian “Nayuban” yakni sebuah pesta tarian yang digelar di kalangan ningrat. Setiap laki-laki menari bersama beberapa ronggeng. Usai menari, minuman beralkohol disajikan sebagai pelepas dahaga.
Di sini Olivier tidak hanya mencari lalu menempel kartu pos tersebut dalam bukunya, ia juga melakukan riset agar tercipta narasi yang baik untuk melengkapi deskripsi dari kartu pos tersebut. Seperti mencari lokasi foto lama, memeriksa peta lama, dan banyak bertanya. Sumber terpenting dalam buku ini tidak hanya kartu pos saja, melainkan buku-buku lama berbahasa Belanda serta keterangan orang-orang tua yang merupakan sumber yang cukup subur.
Sedikit kelemahan dari buku ini yaitu penerjemahan dari bahasa Belanda ke bahasa Indonesia membuat beberapa kata menjadi rancu antara sama lain. Hal lainnya yaitu terdapat satu kartu pos yang bergambar vulgar ikut ditampilkan dalam buku ini, yang agaknya dapat memberikan efek terkejut ketika melihat dan membacanya.
PERESENSI BERNAMA DIAN MAHARANI. MERUPAKAN MAHASISWI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU PEMERINTAHAN ANGKATAN 2018. SAAT INI AKTIF SEBAGAI ANGGOTA DIVISI PSDM LPM PERSPEKTIF.