Malang, PERSPEKTIF – Akhir Agustus lalu, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) telah mengeluarkan surat edaran mengenai kegiatan pelatihan baca Al Qur’an yang harus diikuti seluruh mahasiswa baru (Maba) muslim 2018. Kegiatan yang dilaksankan di Masjid Raden Patah (MRP) ini bertujuan untuk pembentukkan karakter maba dan mengembangkan potensi kualitas pembelajaran. Wajib mengaji ini juga menjadi persyaratan kelulusan mentoring dan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKK MABA).
“Nanti mereka (red: mahasiswa baru) mendapat sertifikat lulus mengajinya. Kemudian, sertifikat itu diberikan pada panitia mentoring sebagai kelulusan mentoring. Tanda kelulusan mentoring itu menjadi salah satu poin prasyarat kelulusan student day,” jelas Muwafik Saleh, Wakil Dekan bagian Kemahasiswaan FISIP.
Muwafik, menambahkan bahwa penilaian kegiatan berdasarkan level kemampuan yang dicapai setiap mahasiswa. Terdapat beberapa level yaitu, tidak bisa mengaji, sudah bisa, lancar, dan terakhir lancar dan bagus. “Jadi bukan pada kehadiran kalau yang mengaji di Raden Patah itu, tapi sampai dia bisa pada levelnya. Pada level-level itulah mereka lulus, setelah lulus diberi sertifikat,” jelasnya.
Selain menjadi kelulusan PKK MABA, keikutsertaan dalam kegiatan pelatihan membaca Al Qur’an juga mempengaruhi nilai mata kuliah agama Islam. Sri Nurkudri, salah satu dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam di FISIP mengungkapkan mendapat arahan dari Wakil Dekan bagian Kemahasiswaan bahwa keikutsertaan dalam kegiatan wajib mengaji menjadi syarat nilai mata kuliah yang diampunya.“Iya memengaruhi, karena mahasiswa harus menyerahkan sertifikat lulus ke dosen agama,” jelasnya.
Sri juga berpendapat bahwa kegiatan tersebut sangat positif. “Program wajib mengaji merupakan inisiasi dari FISIP ke MRP, intinya agar mahasiswa kembali ke jalan yang benar dan positif. Juga sebagai capaian pembelajaran bagi mahasiswa agar memiliki integritas yang tinggi,” tambahnya.
Aza Nur Alisa, mahasiswa Ilmu Politik 2018, menyampaikan bahwa ia mengetahui kegiatan tersebut dari fasilitator PKKMABA-nya. Ia berpendapat bahwa kegiatan wajib mengaji tersebut baik. “Ya itu baik sih, soalnya kan itu melatih kita di bidang religi,” terangnya.
Selaras dengan Aza, Zaidan mahasiswa Psikologi 2018 berpendapat bahwa kegiatan pelatihan membaca Al Qur’an bisa menjadi bekal di akhirat. “Ya bagus sih, mahasiswa itu nggak belajar mengenai akademik saja. Akan tetapi, mahasiswa juga belajar akhiratnya, buat bekal di dunia setelah ini,” terangnya.
Lebih lanjut, Muwafik menyampaikan ada kegiatan serupa untuk mahasiswa non-muslim. “Mereka (red: mahasiswa non-muslim) juga dibuatkan kegiatan yang hampir serupa, biar adil. Jadi mereka juga ada kegiatannya,” jelas Muwafik ketika ditemui di ruang kelas. (vda/dby/wur)