Malang, PERSPEKTIF – Penerimaan mahasiswa baru jalur Seleksi Program Khusus Penyandang Disabilitas (SPKPD) tahun 2018 mengalami penurunan dibanding tahun lalu. Berdasarkan data milik Pusat Studi Layanan Disabilitas (PSLD), mahasiswa baru jalur SPKPD yang diterima tahun ini sebanyak 13 mahasiswa S1, 5 mahasiswa D3, dan 2 mahasiswa D4. Jumlah ini menurun dibanding tahun 2017, dengan jumlah 20 mahasiswa S1, dan 12 mahasiswa D3.
Unita Werdi Rahajeng, selaku ketua penerimaan SPKPD 2018 menyatakan bahwa sedikitnya jumlah pendaftar mahasiswa jalur ini menjadi salah satu penyebab turunnya jumlah mahasiswa baru jalur SPKPD tahun ini.
Selain itu, beberapa perguruan tinggi yang mulai membuka jalur penerimaan untuk mahasiswa difabel juga menjadi salah satu penyebab penurunan mahasiswa baru jalur SPKPD. “Disisi lain beberapa perguruan tinggi sudah mulai membuka diri terhadap mahasiswa difabel, yang tentu saja ini baik bagi para penyandang disabilitas karena mereka dapat memilih kampus yang lebih dekat dengan tempat tinggalnya,” jelas dosen Psikologi ini.
Hal ini sesuai dengan keterangan dari Kusmantoro, selaku Wakil Rektor I. Ia menyebutkan bahwa peminat jalur SPKPD tahun ini memang sedikit. Selain itu, ia menuturkan bahwa jumlah pendamping untuk mahasiswa difabel juga menjadi pertimbangan dalam penerimaan mahasiswa baru.
“Kita juga melihat dari pendamping untuk mahasiswa difabelnya, kita melihat jumlah pendamping terlebih dahulu kemudian menentukan jumlah mahasiswa difabel yang diterima” ucapnya.
Disisi lain, Unita menjelaskan bahwa dalam penerimaan mahasiswa difabel tidak ada kuota pasti yang ditetapkan. “Universitas Brawijaya sendiri tidak menentukan jumlah pasti mahasiswa yang diterima, asalkan mahasiswa difabel mampu lulus tes, mahasiswa tersebut akan diterima.”
Unita menambahkan penerimaan SPKPD tahun ini lebih ketat dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan adanya penambahan tes berupa tes akademik berbasis komputer.
“Tahun ini ada penambahan berupa tes akademik berbasis komputer untuk melihat kualitas mahasiswa difabel, jadi diharapkan mahasiswa difabel ini tidak hanya bisa masuk ke Universitas Brawijaya namun juga bisa lulus dari Universitas Brawijaya dengan baik” ujar Unita. (zza/nin/wnd)