Malang, PERSPEKTIF – Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) masih terkendala masalah fasilitas dan akreditasi. Sebagai fakultas yang masih muda dibanding fakultas lain di Universitas Brawijaya, FISIP membuka program pascasarjana sejak 2011, nilai akreditasi yang masih rendah memengaruhi minat masyarakat terhadap program studi yang ditawarkan.
Salah satu kendala dalam pengembangan program pascasarjana adalah fasilitas penunjang kegiatan akademik. Lagi-lagi keterbatasan ruang menjadi penghambat program pembelajaran. Afnansyahroni selaku Staf Akademik di bidang pascasarjana menuturkan bahwa saat ini pengembangan program studi pascasarjana masih terkendala dengan ruang diskusi mahasiswa.
“Terkait fasilitas kita memang banyak kekurangan, misalnya kita kekurangan ruang khusus tersendiri yang digunakan untuk kegiatan diskusi mahasiswa diluar jam perkuliahan. Saya juga tidak berani mengklaim ruangan sempro misalnya karena mahasiswa S1 akan keteteran, jadi kita masih bagi-bagi karena kita dalam proses perbaikan fasilitas.” Terangnya saat ditemui di ruangannya (25/10).
Selain keterbatasan ruang, minimnya referensi buku penunjang di perpustakaan juga meresahkan beberapa mahasiswa pascasarjana karena belum mampu menopang kegiatan akademik mahasiswa. Salah satunya dari Ahmad Syaiful Ulum mahasiswa pascasarjana Ilmu Sosial Konsentrasi Sosiologi Pembangunan, “saya rasa fasilitas cukup baik, kelas juga baik, disertasi juga lancar, mungkin yang belum ditambahi referensi di perpustakaan.”
Kurangnya fasilitas yang ada tak pelak akan memengaruhi akreditasi, sehingga minat kepada program studi yang ditawarkan juga rendah. Upaya peningkatan terus dilakukan melalui memperbarui data dan peningkatan pemasaran di masyarakat. “Untuk peningkatannya itu yang penting di pasca itu adalah promosi, kita menawarkan ke masyarakat bahwa di FISIP ini ada program studi seperti ini, itu adalah sebuah program semacam mengiklankan,” Afnansyahroni menambahkan.
Hal senada juga disampaikan oleh Siti Kholifah, Wakil Dekan I FISIP Bagian Akademik, bahwa telah dilakukan upaya promosi ke beberapa daerah untuk mengenalkan program pascasarjana FISIP UB.
“Promosi yang kemarin Malang Raya, Blitar, ada di luar Jawa juga, karena kita ada kerjasama dengan beberapa Pemda di luar Jawa seperti itu, paling nggak yang terdekat dulu dan itu kan wilayah UB gitu ya,” ungkapnya (18/10).
Upaya tersebut mulai menuangkan hasil jika dilihat dari kuantitas jumlah mahasiswa pascasarjana tahun akademik 2017/2018 yang mengalami peningkatan cukup signifikan..
“S2 sudah mengalami peningkatan cukup signifikan, memang mencari maba S2 nggak kayak S1, nggak usah promosi, tapi kalau untuk S2 harus ada promosi, untuk ilmu komunikasi itu meningkat 50%. Ada peningkatan di jumlah mahasiswa seperti itu, baik S2 komunikasi maupun ilmu sosial,” lanjut wanita yang juga sebagai dosen Sosiologi ini.
Selain peningkatan kuantitas mahasiswa pascasarjana, dalam hal tenaga pengajar FISIP akan merencanakan program 3in1 atas dasar permintaan dari rektor yaitu sebuah sistem pendidikan yang memiliki 3 tenaga pengajar. Yakni satu dosen dari FISIP, satu dosen praktisi, dan satu dosen luar negeri.
Peningkatan akreditasi pascasarjana mengalami kesulitan karena beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh FISIP, seperti waktu kelulusan mahasiswa FISIP. Apabila rata-rata mahasiswa lulus dengan 4,5 tahun maka akan menghambat naiknya akreditasi pascasarjana. Kemudian penilaian naiknya akreditasi adalah dari IPK yang didapatkan mahasiswa, pencapaian visi dan misi, lama mendapatkan kerja dan juga berkaitan dengan pendidikan dosen jurnal dan konferensinya.
Sedangkan, Ulum salah satu mahasiswa pascasarjana FISIP UB mengungkapkan akreditasi pascasarjana yang masih rendah memberikan tantangan untuk dirinya. “Tidak menjadi pertimbangan, justru itu menjadi tantangan saya,” ungkapnya (20/10). (knd/frd/ran)