Malang, PERSPEKTIF – Tercatat terdapat 7 mahasiswa baru penyandang disabilitas yang mengikuti kegiatan rangkaian acara Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMABA) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) 2017. 7 mahasiswa tersebut antara lain penyandang low vision sebanyak tiga, tuna rungu satu, cerebral palsy dua, dan tuna daksa sebanyak satu mahasiswa. Hal tersebut disampaikan oleh Dzakiyah Nur Afifah selaku koordinator acara PKKMABA FISIP 2017.
“Tahun ini penerimaan mahasiswa difabel ada tujuh mahasiswa. Itu dari Psikologi 3, Ilmu Pemerintahan 2, Ilmu Komunikasi 1 dan Hubungan Internasional 1, udah segitu,” tutur mahasiswi Psikologi 2015 itu.
Lebih lanjut Dzakiyah mengatakan bahwa panitia telah mengusahakan sebisa mungkin agar penyandang disabilitas dapat mengikuti PKKMABA FISIP dengan nyaman. Hal ini dilakukan dengan mengupayakan adanya sosialisasi dan koordinasi antara panitia dengan Pusat Studi Layanan Disabilitas (PSLD) UB. “Kita berusaha untuk menyambut semua teman-teman kesatria ini dengan baik gitu, baik yang difabel ataupun tidak nah kalo untuk teman-teman difabel sendiri ya kita sangat berusaha sekali untuk bisa melayani untuk bisa menyambut sesuai dengan kebutuhan. Ya sebaik dan sebisa kita, dengan bantuan dari teman-teman sukarelawan juga,” imbuh Dzakiyah.
Pendampingan yang dilakukan oleh sukarelawan PSLD kepada mahasiswa penyandang disabilitas sendiri dibagi sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. “Jadi dia yang pintar bahasa isyarat dia mendampingi teman-teman tuna rungu, dia yang berpengalaman mendampingi mahasiswa tuna netra mendampingi mahasiswa tuna netra,” ungkap Sri Sudarmi, salah satu sukarelawan dari PSLD.
Terkait dengan penugasan yang diberikan, salah satu mahasiswa penyandang low vision bernama Andi Z. Fajrin Syam, mengaku bahwa penugasan dilakukannya dengan bantuan dari sukarelawan dan mendapat keringanan dari panitia untuk boleh tidak mengerjakan seluruhnya.
“Tugas kami sama dengan anak-anak lain. Kami juga dibantu sukarelawan atau kakak di rumah. Tapi kami diberi keringanan sama panitia di sini, mungkin teman-teman disuruh kerja 100 persen, kami paling engga kerja 85% lah. Karena kan prinsipnya kami engga dibedakan cuma dikasih keringanan,” ujar mahasiswa Hubungan Internasional 2017 itu. (cov/tas/shv)