SERIUS-Audience terlihat serius sedang mendengarkan bahasan tema “Manusia Pusat Kehidupan,Hewan Jadi Korban” di acara launching Majalah LPM INOVASI UIN Malang. Rabu (13/04) malam.
Malang, PERSPEKTIF – “Manusia Pusat Kehidupan,Hewan Jadi Korban” merupakan tema majalah ke- 32 dari Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) INOVASI Universitas Islam Negeri (UIN) Malik Ibrahim Malang yang melakukan launching majalah terbarunya tersebut pada Rabu (13/04) malam di gedung Sport Center UIN. Tema “Manusia Pusat Kehidupan,Hewan Jadi Korban” diangkat untuk sebagai pengingat mengenai adanya permasalahan dalam interaksi manusia dan hewan serta untuk menyadarkan bagaimana seharusnya interaksi di antara kedua makhluk tersebut.
“Bagaimana sebenarnya manusia dan hewan saling berinteraksi atau hidup berdampingan.Kemudian untuk pengupasan kami (tim redaksi LPM INOVASI,red.) memakai Antroposentris, bahwa manusia sebagai pusat kehidupan dan segala yang diciptakan seperti alam dan hewan adalah untuk kelangsungan hidup manusia, termasuk dengan melakukan eksploitasi”, ungkap Uswatun Hasanah salah satu penulis dalam majalah tersebut.
Ketidakseimbangan interaksi manusia dan hewan di mana hewan seakan hanya dijadikan sebuah objek demi pemenuhan kebutuhan manusia ini merupakan suatu hal yang salah dan perlu diperbaiki. Ia menyinggung menurut Wakil Duta Besar Amerika Serikat, Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat kejahatan tertinggi atas hewan.
Menurut Dr. H. Yahya, M.A , Dosen Fakultas Psikologi UIN yang menjadi pemantik dalam acara launching tersebut menganggap bahwa sebenarnya bangsa Indonesia hanya ‘tertuduh’ menjadi penjahat atas kemanusiaan (mengenai eksploitasi hewan,red.).
“Di Indonesia tidak ada secuil budaya pun yang berakibat pada perusakan alam, karena budaya yang asli dan berangkat dari suatu adaptasi antara individu-individu, individu-alam, individu-sosial dalam menghadapi keadaan alam akan selalu menghasilkan keseimbangan,’ tutur Yahya.
Lebih lanjut Yahya mengatakan bahwa sebagai kaum intelek kita tidak boleh terbawa arus isu yang ada, bahwa masyarakat Indonesia hanya sebagai perantara tingkah kejahatan yang dilakukan oleh negara asing. Masyarakat Indonesia melakukan perdagangan hewan dengan negara luar untuk memenuhi kebutuhan, seperti memperdagangkan paus, kulit buaya, dan ular untuk membuat barang yang dikonsumsi oleh kebanyakan orang asing, begitu pula yang terjadi dengan Freeport di Papua.
Senada dengan dosen Psikolgi tersebut, Uswatun Hasanah juga mengungkapkan bahwa sebenarnya aktor dibalik permasalahan kejahatan terhadap hewan di Indonesia merupakan aktor dari negara lain.
“Bahwa aktor yang berpengaruh adalah orang luar yang memiliki modal yang menganggap bahwa gading itu mahal, pembeli tidak mungkin orang miskin, mereka tinggal terima dari bawah yang kita tidak tahu itu siapa – siapa saja,” ujar perempuan berjilbab tersebut yang juga selaku Sekretaris Redaksi LPM INOVASI.
Selain Uswatun dan Dr. H. Yahya, M.A, turut hadir Imam Abu Hanifah selaku Sekjen Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) Kota Malang. Menurutnya sebagai Pers Mahasiswa (Persma) perlu adanya kesadaran untuk tidak melakukan tindakan pengrusakan terhadap alam dan hewan.
“Sebagai individu, apalagi sebagai Persma, saya rasa memang seperti (apa) yang sudah dijelaskan dalam diskusi bahwa kita bisa mengandalkan fungsi edukasi kita. Dimana kita sebagai Persma kemudian mengajak yang lain melalui tulisan. Melakukan penyadaran melalui tulisan pun bukan hal sembarang, ada resiko – resiko yang kemudian akan dihadapi oleh masyarakat ketika ini tidak ditindak lanjuti dan berusaha untuk tidak menelantarkan alam juga,” ungkap Pria yang akrab disapa Icil itu. (Lkr/Shv/Fam)