Koridor sepi, dalam gelisah kau tiba-tiba muncul
Melihatku, senyummu lalu merekah
Itu adalah salah satu hal yang paling kudamba
Tak perlu lama, dirimu kemudian berada di sisi
Jantungku berdetak lebih cepat dari sebelumnya
Tapi ia kembali tenang selaras dengan bincang kita
Bukan dirimu jika tak datang dengan banyak keluh
Kupingku dengan senang hati menerimanya
Sebab, setiap kata-katamu, bagiku selalu punya makna
Kau cerita, semalam berbincang dengan orang lain
tentang keluhmu itu
Tak lagi kaget, yahh…
Aku diam-diam menyimpan cemburu
Dalam-dalam aku menyimpan harap
“Bisakah aku menyimpan sendiri semua tuturmu
yang membuatku merasa dibutuhkan?”
Tawa adalah hal wajib di antara kita
Aku telah mengucap kaul
untuk membuatnya selalu terbit dari bibirmu
Matamu menyipit, pipimu terangkat, jejer gigimu terlihat
dan tanganmu memegang pundakku
Kau tahu?
Aku merasa penuh saat itu
Namun
Aku masih saja menerka-nerka
Apa yang ada di hati dan pikiranmu?
Apakah sama?
Semakin lama, semakin dekat,
Aku melihatmu, mendengarmu, memahamimu,
mengetahuimu, dan bersamamu
Rasa ini, kian sungkan kuutarakan
Bahkan, hanya sekedar menunjukkannya lebih jelas
Aku masih tak berdaya