Lompat ke konten

Pikiranku tentang Ucapanmu di Kamar Kos yang Bukan Milik Kita Berdua Itu

Ilustrasi oleh Tim Kreatif
Oleh: Puri R. Wilujeng*

Kalau kutahu kau juga di bawah bendera 

berwarna langit senja itu, aku akan berlari 

mengejarmu.

Lalu berlari bersamamu, mungkin.

Tidak tahu apa yang membuatmu nyaman 

mengatakannya di kamar kos yang bukan 

milik kita berdua itu. 

Tapi satu hal yang kusesali: ada anak panah 

lain yang ditancapkan di jantungku, yang 

bukan milikmu. 

Menyalahkan waktu, barangkali aku tak tahu 

diri.

Mengapa kau tidak keluar dari lemari itu 

lebih awal, pun juga aku. Mengapa aku tak 

membidik lebih tegas. 

Aku harap kau tahu aku pernah memberi 

ruang untukmu, supaya kita bisa sengsara di 

dalamnya bersama-sama. 

Sekarang, perasaan bersalah mengetuk pintu 

rumahku dan memamerkan sisa perasaan 

yang ada seperti makanan sisa.

Takkan kubuka pintu itu, biar digedor 

sekalipun. 

Karena telah dikunci, dan bukan aku 

jurunya.

Juga, kau pantas menembakkan anak 

panahmu di jantung yang masih utuh, bukan 

milikku yang telah jadi milik orang lain.

12 Oktober 2024

(Visited 24 times, 1 visits today)
*) Penulis merupakan mahasiswi Ilmu Komunikasi FISIP UB angkatan 2023. Saat ini aktif sebagai staf magang di divisi Litbang LPM Perspektif 2024.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Iklan

E-Paper

Popular Posts

Apa yang kamu cari?