Kalau kutahu kau juga di bawah bendera
berwarna langit senja itu, aku akan berlari
mengejarmu.
Lalu berlari bersamamu, mungkin.
Tidak tahu apa yang membuatmu nyaman
mengatakannya di kamar kos yang bukan
milik kita berdua itu.
Tapi satu hal yang kusesali: ada anak panah
lain yang ditancapkan di jantungku, yang
bukan milikmu.
Menyalahkan waktu, barangkali aku tak tahu
diri.
Mengapa kau tidak keluar dari lemari itu
lebih awal, pun juga aku. Mengapa aku tak
membidik lebih tegas.
Aku harap kau tahu aku pernah memberi
ruang untukmu, supaya kita bisa sengsara di
dalamnya bersama-sama.
Sekarang, perasaan bersalah mengetuk pintu
rumahku dan memamerkan sisa perasaan
yang ada seperti makanan sisa.
Takkan kubuka pintu itu, biar digedor
sekalipun.
Karena telah dikunci, dan bukan aku
jurunya.
Juga, kau pantas menembakkan anak
panahmu di jantung yang masih utuh, bukan
milikku yang telah jadi milik orang lain.
12 Oktober 2024