Di ruang-ruang dialektik berjenjang
Dibentuk jiwa-jiwa individu layaknya Socrates sekaligus Plato
Namun apakah jiwa-jiwa ini akan tetap bertahan?
Apakah setelah melemparkan topi ke angkasa jiwa-jiwa ini akan terus menjadi kitab?
Atau..
Jiwa-jiwa ini akan memudar?
Jiwa-jiwa ini akan kehilangan rasa gusar?
Jiwa-jiwa ini hanya akan menatap nanar?
Pada akhirnya kita hanya menjadi burung-burung yang bertengger di pohon beton
(Visited 110 times, 1 visits today)