Malang, PERSPEKTIF – Wakil Rektor II (WR II) Bagian Umum dan Keuangan Universitas Brawijaya (UB) Gugus Irianto melakukan audiensi dengan perwakilan Aliansi Mahasiswa Resah Brawijaya (AMARAH UB) pada Senin (1/4) sore. Audiensi ini merupakan tindak lanjut setelah Rektor Universitas Brawijaya (UB), Nuhfil Hanani, memperbolehkan kembali transportasi online masuk ke UB. Pembahasan dalam audiensi tersebut adalah pembangunan halte untuk dropzone penumpang transportasi online, dan penghentian operasional shuttle bus UB.
Gugus menyampaikan bahwa pembangunan halte dropzone akan dilakukan secepatnya dan tidak dilakukan dengan sistem tender. “Kami (Rektorat UB) akan merealisasikan pembangunan halte untuk dropzone transportasi online. Kami usahakan pengadaan halte tidak melebihi 200 juta. Jika kita lebih dari 200 juta harus menggunakan proses tender, dan itu akan memerlukan waktu yang lebih juga,” jelasnya.
Perwakilan dari AMARAH UB, Ghozy Zhory Althof mengusulkan pembangunan halte-halte di UB dibangun sebanyak 8 titik. Diantaranya berada di depan Fakultas Pertanian (FP), Hutan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Fakultas Teknik Pertanian (FTP), Griya Brawijaya, Cafe Creative Learning (CL), Fakultas Ilmu Administrasi (FIA), dan Gedung Widyaloka.
“Lokasi-lokasi tersebut ramai dengan mahasiswa. Serta strategis bagi lokasi dropzone,” jelas Ghory, yang juga mahasiswa jurusan Fisika angkatan 2016 itu.
Rujita, salah satu Staff WR II Bagian Barang Milik Negara, mengungkapkan nantinya halte dropzone akan dilengkapi dengan beberapa fasilitas tambahan, seperti tempat sampah, kursi panjang, kanopi, dan charger box. Setiap halte juga dropzone akan memiliki nama yang berbeda-beda.
“Perbedaan nama dropzone akan memudahkan pengendara transportasi online untuk menjemput penumpangnya,” ungkap Rujita.
Pada audiensi tersebut juga dibahas masalah penghentian operasi shuttle bus UB. Penghentian ini merupakan dampak dari pencabutan larangan masuknya transportasi online. Awalnya, pengoperasian shuttle bus UB merupakan kebijakan rektorat untuk menggantikan fungsi transportasi online.
“Untuk shuttle bus sendiri akan berhenti beroperasi pada Senin depan (8/4). Untuk fungsi selanjutnya akan kami pertimabangkan,“ ucap Gugus.
Menteri Kebijakan Kampus (Jakpus) Eksekutif Mahasiswa Universitas Brawijaya (EM UB), Mochamad Irfanuddin, yang juga mahasiswa jurusan Fisika angkatan 2016 itu menyarankan agar shuttle bus dialihfungsikan menjadi angkutan mahasiswa yang memiliki kegiatan di luar kampus.(mim/cup)