Oleh : Why Don’t We?
Keindahanmu membungkam jiwaku
Seperti aku terdiam melihat amarah ayah
Kau hanya diam tapi seolah menarikku ke dalam duniamu
Seperti benda fengshui yang menarik keberuntungan
Rupamu memainkan sukmaku
Seperti kura-kura yang memainkan kepalanya
Kaku dan ragu namun ingin melihat dunia luar-penasaran
Aku diselimuti dirimu, kau bagai penghangat di musim dingin
Aku takzim seketika, saat kau buka mulutmu dan mengucapkan inginmu
Kau bagai perompak yang menodong nahkoda
Aku nahkodamu yang tak melawan karena aku ingin kau todong
Rambutmu indah dan panjang, katanya untuk menjerat hatiku
Perasaanku padamu bagaikan usia-tak dapat disembunyikan
Tak apa tak bersatu sekarang, katanya bersakit dahulu lalu senang kemudian
Ada baiknya berpisah dulu, kelak kita pasti bertemu dan bersatu
PENULIS MERUPAKAN MAHASISWI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA