Oleh : Rafdi Muhammad Habiburrahman*
Ketika akan tiba adanya keluarga baru maka disitu akan selalu ada kegiatan rutin yang bisa disebut sebagai budaya. Budaya disini merujuk pada cipta, rasa, karsa manusia yang dilakukan secara berulang-ulang dan kemudian menjadi sebuah kebiasaan menurut Thantawi, maka Orientasi Pendidikan atau yang sering disebut ospek bisa dikatakan sebagai sebuah budaya.
Namun, istilah ospek sendiri kini mulai mempunyai makna yang bergeser dan mempunyai konotasi yang negatif. Karenanya banyak yang mengganti istilah ospek dengan yang lain, hal itu juga terjadi di Universitas Brawijaya di mana istilah ospek diganti menjadi Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMABA).
PKKMABA sendiri bisa dikatakan hanya sebagai kegiatan formalitas yang dilakukan baik oleh Universitas maupun oleh Fakultas. Arti dari formalitas sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu sekedar mengikuti tata cara; basa-basi. Mengapa bisa dikatakan sebagai sebuah kegiatan basa-basi? Karena kegiatan tersebut seringkali tidak memberikan efek jangka panjang untuk mahasiswa baru. Hal itu bisa dilihat dari bagaimana mahasiswa baru memahami kegiatan PKKMABA, terlebih lagi ketika materi sedang berlangung. Ketika saya menanyakan kepada sejumlah mahasiswa baru 2018, sebagian besar menjawab dengan terbata-bata seolah susah payah mengingat apa yang tadi disampaikan bahkan untuk panitia sekalipun mungkin tidak mengingat apa yang mereka peroleh dari PKKMABA.
Ada salah satu faktor yang mengakibatkan mahasiswa tidak dapat memahami materi yang diberikan saat PKKMABA yaitu karena kelelahan dalam mengerjakan tugas PKKMABA. Kelelahan sendiri menurut data dari artikel Tirto.id timbul karena perpindahan itu menghabiskan glukosa beroksigen dalam otak, bahan bakar yang sama yang dibutuhkan untuk fokus pada sebuah tugas (Tirto/16/09/2016). Kelelahan itu juga bisa dilihat ketika penyampaian materi berlangsung, pasti akan ada mahasiswa baru yang tertidur karena kelelahan dan ironisnya panitia akan membandingkan dengan dirinya dengan mengatakan bahwa mereka lebih lelah daripada mahasiswa baru tersebut.
Hal yang seperti itu tidak bisa dibandingkan karena ketika mahasiswa tersebut memilih menjadi panitia PKKMABA, maka hal itu sudah menjadi tanggung jawabnya untuk berkontribusi dalam PKKMABA yang otomatis akan memakan banyak energi dan kemudian menjadi lelah, berbeda dengan mahasiswa baru, mereka tak sedikit yang sebenarnya tidak menginginkan untuk mengikuti PKKMABA hal itu akan terbukti dari adanya beberapa mahasiswa yang tidak memberi keterangan ketika tidak mengikuti PKKMABA, dan juga lebih banyak lagi yang terpaksa untuk mengikuti PKKMABA karena takut akan ‘ancaman’ tidak di luluskan dan ‘ancaman’ lainnya.
Lalu kegiatan yang basa-basi ini akan selalu menghadirkan kekerasan walaupun bukan kekerasan secara fisik. Menurut Johan Galtung dalam bukunya tentang Bullying (2008) membagi jenis-jenis kekerasan ke dalam dua jenis yaitu kekerasan fisik dan kekerasan non fisik, dan di dalam kekerasan non fisik terdapat kekerasan verbal dan psikis. Bukan hal umum lagi bahwa pada PKKMABA yang berada pada Fakultas dan Jurusan, akan diadakan evaluasi oleh panitia untuk mahasiswa baru di mana dalam eval tersebut ada pressure dengan menggunakan verbal yang lebih dalam lagi akan menjadi tekanan psikis dari mahasiswa tersebut. Bagi panitia itu adalah hal yang biasa, namun sifat, sikap dan daya tahan manusia itu berbeda. Ada mahasiswa baru yang ketika di evaluasi akan merasakan pressure yang tinggi dan ada mahasiswa baru yang akan biasa saja. Ketika ada panitia yang memisahkan mahasiswa baru yang dikiranya tidak sanggup apakah yakin bahwa yang dipisahkan itu sudah semua? Karena pasti ada yang lebih memilih untuk memendam pressure tersebut karena takut dan nanti berujung menjadi beban psikis.
Ketika kita mengetahui fakta-fakta tersebut, apakah kita masih yakin bahwa materi yang sudah di agendakan lebih banyak yang membekas atau hanya sekedar formalitas yang membuang-buang waktu dan energi mahasiswa itu, dan selama ini tidak ada survei yang dilakukan baik oleh pihak fakultas atau jurusan maupun panitia apakah materi yang diberikan pada PKKMABA berhasil menyerap kepada mahasiswa baru atau hanya menjadi ke sia-siaan yang tak berarti.
PEnulis merupakan mahasiswa ilmu komunikasi fisip UB Angkatan 2016