Malang, PERSPEKTIF – Selasa (18/9) pukul 15.00 WIB bertempat di bundaran Universitas Brawijaya (UB), terdapat aksi yang dinisiasi oleh aliansi Komite Pendidikan (KP). Aksi tersebut menuntut penolakan mengenai rencana perubahan status UB dari Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum (PTN-BLU) menjadi PTN Berbadan Hukum (PTN-BH) dan juga sebagai bentuk solidaritas untuk delegasi mahasiswa UB yang sedang mengunjungi Kemeterian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) terkait audiensi rencana perubahan status UB.
Rinto Leonardo selaku penanggung jawab aksi menuturkan terdapat perbedaan aksi yang dilakukan kali ini dengan aksi yang sudah terjadi pada tanggal 2 Mei 2017, yakni pada tujuan diselenggarakannya aksi. Aksi kali ini bertujuan untuk sosialisasi permasalahan terkait PTN-BH.
“Kita tentunya menuntut untuk menolak PTN-BH, tapi kita lebih menekankan pada penjelasan pada massa luas. Nanti kita juga ada diskusi, kita ada teaterikal, kita pastikan ini sebagai aksi untuk mendukung delegasi,” jelas mahasiswa Prodi Hubungan Internasional 2016 itu.
Saat ditemui ketika aksi berlangsung, Rinto juga mengungkapkan mengenai mahasiswa yang simpatik dan ikut bergabung dalam aksi kali ini jumlahnya tidak terlalu banyak. “lebih dari dua puluh,” ungkapnya.
Atensi yang tidak terlalu besar dari mahasiswa UB dengan minimnya jumlah massa yang terlibat aksi secara langsung, juga turut dirasakan Devara Rahendra dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) sebagai orator pada aksi kali ini. Ia menuturkan bahwa perlu adanya gerakan dalam menyadarkan mahasiswa.
“Kalo menurut saya mahasiswa hari ini sedikit lupa ya, tentang bagaimana kita berjuang 2 Mei yang lalu, cuma tidak ada salahnya kita mengingatkan mereka kembali,” tutur Devara.
Walaupun massa yang terlibat pada aksi kali ini jauh lebih sedikit dari aksi yang dilakukan pada tanggal 2 Mei, tidak menyurutkan semangat massa aksi. Ayuma, salah satu mahasiswa yang tergabung dalam aksi kali ini menuturkan bahwa keikutsertaannya dalam aksi kali ini sebagai bentuk penolakan terkait rencana perubahan status UB menjadi PTN-BH.
“Ya karena saya salah satu yang tidak sepakat dengan adanya UB dijadikan PTN-BH karena dampaknya banyak sekali buat kita pertama Uang Kuliah Tunggal (UKT) tambah mahal, contohnya di unair sih,” tutur mahasiswa Fakultas Ilmu Adminitrasi (FIA) tersebut.
Ayuma berharap dengan adanya aksi kali ini agar UB statusnya tidak menjadi PTN-BH. “Semoga pihak rektorat, pihak atasan-atasan kampus intinya tidak menjadikan UB sebagai kampus ptnbh kayak gitu aja sih,” harapnya. (zul/zil)