Malang, PERSPEKTIF – Diskusi film bertema Dokumener (Dokumenter yang Bener) diadakan pada Rabu (13/9) di Auditorium Nuswantara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) lantai 7 gedung Prof Yogi Sugito.
Diskusi ini merupakan kerjasama antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan FISIP UB. Pemantik dari diskusi yang dimulai pada pukul 10.30 WIB yaitu Dhandy Dwi Laksono yang merupakan sutradara dan pendiri dari Watchdoc, rumah produksi yang memproduksi film dokumenter.
Dalam diskusi ini Dhandy memberikan beberapa penekanan mengenai bagaimana memproduksi sebuah film dokumenter, yang terpenting baginya adalah dalam penggarapan sebuah film adalah pesan yang ingin disampaikan. “Dokumenter yang benar itu, ketika tujuan dari pembuatan film tercapai, teknis dalam sinematografi urusan nanti, nomor sekian itu,” papar Dhandy saat memberikan pembukaan tentang diskusi.
Dhandy juga menjelaskan dalam membuat film dokumenter terdapat 2 pendekatan yaitu ekspositori dan observatory.
“Kalau ekspositori itu ya kayak naratif, ada naratornya, hasil gambar seperti yang digambarkan di televisi sedangkan obsevatory si filmmaker harus menjaga jarak dengan subyek dan gak boleh ada intervensi,” lanjut Dandhy.
Selama kurang lebih 40 menit diskusi, dibuka juga sesi tanya jawab. Salah satu pertanyaan datang dari sayap kanan peserta diskusi, yang diajukan oleh Alfian Nurdiansyah dari Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Indikator Fakultas Ilmu Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Brawijaya (UB). Fian, sapaan akrabnya, mengajukan pertenyaan mengenai disiplin verifikasi dan perimbangan narasumber di setiap film Watchdoc.
“siapa bilang film adalah karya jurnalistik?, ini sering saya temui memang, karena orang-orang taunya saya jurnalis. Disiplin verifikasi saya berani diadu dengan media umum manapun. Tapi mengenai cover both side, dalam film-film yang saya kerjakan memang hanya cover one side. Itu merupakan langkah politik yang saya ambil,” tegas pria yang berasal dari Lumajang itu.
Selain Dandhy, Dokumener juga diisi oleh Kepala Bagian Pemberitaan dan Publikasi KPK, Priharsa Nugraha. (tas/zil)
Terus intinya film dokumenter yang bener itu apa?
Alfian Nurdiansyah min, bukan Hardiansyah hehehehe