Malang, PERSPEKTIF – Puncak Pemilihan Mahasiswa Raya (PEMIRA) Universitas Brawijaya (UB) tahun 2016 kemarin (23/11) resmi digelar. Tempat pemungutan suara (TPS) disebar di tiap fakultas. Di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, TPS ditempatkan di Lantai 1 Gedung Prof Yogi Sugito.
Fariza Yuniar Rakhmawati, dosen Ilmu Komunikasi, mengeluhkan kegaduhan yang disebabkan PEMIRA akibat penggunaan pengeras suara. Fariza menilai penggunaan pengeras suara mengakibatkan polusi suara, beberapa kali bahkan mencapai ruang kelas.
“Tadi itu di kelas saya presentasi, beberapa kali kedengaran karena menggunakan pengeras suara sampai ke ruangan saya,” ujarnya ketika ditemui di Lantai 2 Gedung Prof Yogi Sugito, kemarin (23/11).
Ia menambahkan, sebaiknya TPS ditempatkan di luar gedung atau minimal tidak dekat dengan ruang kuliah. Meski demikian ia mengakui bahwa PEMIRA ini, di sisi lain, bermanfaat bagi pembelajaran mahasiswa. Selain itu, tambahnya, cara lain yang bisa dilakukan ialah dengan tidak menggunakan pengeras suara.
“Solusinya harus ada, misalkan dengan menempatkannya tidak di dalam gedung, atau dengan tidak menggunakan pengeras suara,” papar Fariza.
Di sisi lain, Yuni, mahasiswi Ilmu Pemerintahan, mengatakan penempatan TPS di dalam gedung itu sangat mengganggu, terutama hingga menutup pintu gedung. Menurutnya, penempatan itu tidak tepat karena mengganggu akses masuk-keluar mahasiswa.
“Menurut saya, penempatan TPS di situ sangat menganggu. Biasanya langsung lewat pintu belakang, karena ditutup jadi harus memutar lewat pintu depan,” ujar mahasiswi angkatan 2012 itu.
Namun ia mengakui, penempatan di luar gedung kurang memungkinkan untuk saat ini. Sebab, tambah Yuni, jika mengacu tahun lalu yang dilakukan di lahan parkir, tahun ini lahan parkir terdampak pembangunan.
Hal senada diungkapkan Shofiy Petrina, mahasiswa Ilmu Komunikasi. Menurutnya, lebih baik ditempatkan di luar gedung, sebab penumpukan massa di dalam gedung dirasa cukup mengganggu akses. Ketika ditanya adakah polusi suara yang ditimbulkan, ia mengatakan tidak begitu merasakannya. Namun, ia menyarankan sebaiknya memang dilakukan di luar gedung.
Menurut Syahreza, Koordinator Humas PEMIRA UB 2016, kegaduhan itu adalah resiko. Sebab, setiap kegiatan yang membawa banyak massa pasti akan ramai. Terutama dengan adanya tim sukses, maupun calon. Ia mengatakan, pasti mereka akan menarik massa untuk memilih.
Ia menambahkan, bahwa PEMIRA ini merupakan ajang bagi mahasiswa untuk bersuara. Sehingga, pihaknya tidak bisa melarang massa untuk tidak bersuara.
“Karena itu, kami menggunakan pengeras suara agar tidak kalah dengan kebisingan yang dari luar area steril. Jadi, jika kebisingan terjadi di luar area steril, bukan hak kami,” jelasnya. (aas/gvh/rip)