Kusut
Mahasiswa tidak hanya hidup dengan kegiatan perkuliahan, betapa pun pentingnya kegiatan itu. Ia juga hidup dengan simbol-simbol yang melekat padanya: agen perubahan, kader pemimpin, dan lain-lain. Simbol itu melekat dengan nyaris tanpa bisa ditawar.
Sama halnya dengan simbol-simbol itu, ada simbol lain, yang secara fisik, melekat pada mahasiswa, yakni almamater. Di Universitas ini, almamater yang mestinya didapatkan mahasiswa baru, dibagikan jauh setelah mereka melakoni prosesi upacara penerimaan mahasiswa baru. Tercatat, tiga tahun terakhir seragam almamater itu hanya disematkan secara simbolis. Hal ini kemudian dipertanyakan oleh banyak mahasiswa, benarkah almamater juga merupakan bagian dari simbol yang harus melekat padanya?
Bagaimanapun juga, seragam almamater ini adalah hak mahasiswa dan sudah menjadi kewajiban bagi universitas untuk memberikan hak tersebut. Dari tiga tahun itu, mulai dari keterlambatan pertama, mestinya evaluasi dilakukan untuk menutup kemungkinan kesalahan yang sama, atau evaluasi hanya menjadi sekadar evaluasi.
Pengalaman tiga tahun itu bukanlah hal yang bisa dimaklumi. Nasib seragam almamater itu adalah nasib kita, mendiamkan atau mempertanyakan. Dan persoalan seragam almamater ini, meskipun sudah bisa didistribusikan, tidak boleh dengan segera menjadi kusut dan dilupakan.
Editors:
Illustrators:
Cover Artists:
Genres: