Malang, PERSPEKTIF – Opening Ceremony ajang kompetisi olahraga, seni, dan penalaran bergensi Olimpiade Brawijaya (OB) 2016 resmi digelar Jumat lalu (30/9) di Gelanggang Olahraga (GOR) Pertamina Universitas Brawiaya (UB). Sekitar 3000 peserta dari seluruh Fakultas di UB akan memperebutkan sebanyak 800 medali dari 29 cabang perlombaan. “Pesertanya dari 15 Fakultas yang ada di UB ditambah Progam Vokasi dan Kampus UB kediri jadi total 17 yang berpartisipasi pada tahun ini,” ujar Musa Abdul Azis selaku Ketua Pelaksana OB 2016.
Ajang tahunan ini memang sengaja digelar untuk mempererat hubungan antar Fakultas disamping menjadi wadah menyalurkan bakat. “Jadi harapan adanya ajang ini teman-teman dapat berkompetisi sportif dan berkualitas untuk membawa nama Brawijaya atau bahkan Indonesia ke kancah yang lebih tinggi,” ujar Musa.
Sesaat menjelang Upacara Pembukaan OB 2016, terdapat insiden kecil di depan GOR Pertamina. Beberapa pendukung Fakultas merasa kecewa lantaran tidak bisa masuk ke dalam GOR untuk melihat secara langsung prosesi pembukaan OB. Panitia sampai berbaris membentuk pagar betis di sekitar GOR agar membatasi para pendukung yang masuk.
Menanggapi hal itu, Musa menjelaskan pembatasan itu dilakukan karena mengingat kuota GOR yang terbatas. “Kami mengapresiasi antusiasme mahasiswa yang besar untuk datang. Tapi karena kuota, jadi tidak bisa masuk semuanya,” tambah Musa.
Senada dengan Musa, Della Dastiani Putri selaku Humas OB 2016 mengaku terdapat batasan kuota yang masuk ke dalam GOR. “Kami mengkuotakan per-Fakultas 35 orang untuk tribun fakultas, dan 10 orang untuk tribun umum,” jelas Della. Perempuan asal Fakultas Peternakan itu menambahkan bahwa penonton yang masuk tidak boleh memakai pakaian atau atribut Fakultas agar netral.
Peraturan yang ketat oleh panitia juga dirasakan oleh Kemas Rifanny Muslim selaku Koordinator kontingen FISIP. “Dari panitia tidak membolehkan adanya alat musik untuk opening ceremony. Menurut kita itu mengurangi kreativitas yang dimiliki suporter,” terang Kemas. Ia beranggapan mungkin hal ini dilakukan berkaca dari tahun kemarin.
Nyaris tidak ada yang berbeda dari OB tahun ini. Namun tahun ini terdapat konsep ‘paralympic’. “Lomba-lomba yang diikuti mahasiswa difabel. Kami berkordinasi dengan Formapi dan Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD) UB,” kata Musa. Lomba-lomba yang akan diikuti oleh mahasiswa difabel tersebut adalah tenis meja, catur, atletik, dan futsal. “Yang sudah mendaftar ada 30 lebih,” aku Musa. (fam/ade)