Judul : The Prophet
Sutradara : Roger Allers
Penulis Naskah : Roger Allers
Tanggal Rilis : September 2014
Durasi : 84 Menit
Berdasarkan : Novel Kahlil Gibran dengan judul yang sama
Resensi Oleh : Rani Masida
Nama Kahlil Gibran sudah dikenal dimana-mana. Begitu pula dengan karya-karyanya, yang salah satunya berjudul Sang Nabi. Sang Nabi sudah diterjemahkan dalam 40 bahasa dan terjual 100 juta copy sejak dipublikasikan pada 1923. Dari kesuksesan Sang Nabi inilah kemudian karya Kahlil Gibran diadaptasi menjadi sebuah film berjudul sama, The Prophet.
Film ini mengisahkan tentang Mustafa sebagai tahanan rumah yang akhirnya dibebaskan setelah tujuh tahun, dengan syarat dia harus meninggalkan Orphalese dan kembali ke kampung halamannya. Dalam perjalanannya pergi ke kapal yang akan membawanya pulang, langkahnya terhenti beberapa kali. Karena setiap warga Orphalese ingin merayakan keluarnya Mustafa dari penjara.
Mustafa sangat terkenal di Orphalese, tidak satu orang pun tidak mengenal dia. Ia dikenal sebagai penyair yang ramah, dermawan, baik, dan berkharisma. Pesonanya membuat setiap orang yang melihat kehadirannya ingin menyambutnya dengan sempurna. Hal itulah yang membuat langkahnya menuju kapal terhenti berkali-kali. Di setiap perhentian, Mustafa membuat dan menyampaikan puisinya kepada warga Orphalese. Pada saat itu juga, semua kegiatan mereka hentikan dan beralih dengan mendengar puisi Mustafa. Puisi yang disampaikan Mustafa adalah tentang kebebasan, anak-anak, pernikahan, pekerjaan, makan dan minum, cinta, yang baik dan yang jahat, dan kematian.
Dalam The Prophet, ada delapan fragmen yang masing-masing disutradarai oleh orang-orang yang berbeda. Masing-masing dari mereka memiliki tugas untuk mengilustrasikan puisi-puisi yang diambil dari buku “Sang Nabi”. Orang-orang tersebut secara berurutan adalah Michal Socha, Nina Paley, Joann Sfar, Joan Gratz, Bill Plympton, Tomm Moore, Mohammed Saeed Harib, Paul dan Gaëtan Brizzi. Karena dibuat oleh orang-orang yang berbeda, maka hasil animasi pun berbeda. Hal itulah yang membuat ilustrasi setiap puisi di film ini memiliki karakter yang berbeda-beda pula. Dari ilustrasi yang berbeda-beda, membuat film ini sangat kaya, memiliki nilai dan kesan tersendiri di tiap-tiap segmennya.
Dari kesemua fragmen, ada satu segmen yang cukup mudah diingat. Yakni pada fragmen anak-anak. Disutradarai oleh Nina Paley. Untuk musiknya, diciptakan dan ditampilkan oleh Damien Rice yang liriknya diambil dari salah satu puisi dalam Sang Nabi. Kombinasi antara gambar, teknik animasi, musik yang mudah diingat, dan liriknya membuat segmen yang satu ini menampilkan kesempurnaan.
Kemudian di segmen lain, yaitu segmen pernikahan, koreografi di dalamnya sangat indah. Dengan latar tempat berkarakter realis seperti karakter pelukis Honoré Daumier dalam lukisannya berjudul The Print Lover. Kenyataannya, segmen ini dibuat oleh Joann Sfar. Yang tidak hanya membuat koreografi di dalamnya hidup, tetapi juga latar tempatnya.
Film ini disutradarai oleh Roger Allers secara keseluruhan. Salma Hayek sebagai salah satu produser dari film ini, juga menjadi pengisi suara Kamila. Seorang ibu dari anak yang bisu bernama Almitra, diisi suaranya oleh Quvenzhané Wallis. Liam Neeson ikut andil dalam film ini sebagai Mustafa, seorang tahanan rumah yang dianggap menyebarkan ajaran sesat dengan puisi-puisinya.
The Prophet dirilis pada tahun 2014, diputar di beberapa ajang pemutaran film internasional. Mulai dari Toronto International Film Festival, New York International Film Festival, sampai Cannes Film Festival yang kesemuanya diputar pada tahun 2014. Film ini baru didistribusikan pada tahun 2015 di bawah GKIDS. Dari diputar di festival-festival tersebut, cukup banyak respon positif terhadap film ini.
Untuk orang yang tidak terlalu suka membaca buku apalagi membaca buku-buku sejenis karya Kahlil Gibran, dengan anggapan bahwa memahami buku puisi jauh lebih susah daripada novel biasa, maka bisa dengan menonton film ini dan tetap mendapatkan amanat yang ingin disampaikan oleh Kahlil Gibran dalam buku Sang Nabi. Ditambah dengan musik yang enak didengar, gambar dan animasi yang memanjakan mata, tidak akan bosan menonton film ini dari awal hingga akhir. Karena juga salah satu cara untuk menikmati karya Kahlil Gibran sudah tidak hanya dengan membaca tulisannya, tetapi juga dengan menonton film yang terinspirasi dari karyanya.
Latar keseluruhan khas Mediterania dan warna-warna padang pasir, mirip dengan karya Disney berjudul Princess and The Frog. Sebenarnya keduanya memiliki latar tempat yang berbeda, namun sekilas memiliki cara penyajian yang hampir sama. Walaupun begitu, film ini sama sekali tidak memiliki sentuhan Disney, apalagi Tim Burton. Semua gambar dan animasi yang fantastis itu adalah karya dari delapan sutradara berbeda ditambah satu sutradara yang menangani keseluruhan film.
Pingback: WHY I AM HERE – WELCOME TO MY FILM