Lompat ke konten

Majalah Persepsi Edisi 1 Tahun 2023: Potret Buram HIV/AIDS Kota Malang

Lingkaran Setan: Stigma terhadap ODHA

“Stigma itu sangat membunuh teman-teman. Bukan HIV-nya, tapi stigmanya.” Ujaran tersebut kami dengar dari salah satu pendamping penyintas human immunodeficiency virus (HIV).

Menjadi salah satu isu kesehatan yang paling diperhatikan, fokus dari pemerintah dan masyarakat seharusnya bukan hanya sebatas penurunan angka positif HIV/AIDS, tapi juga cara menurunkan stigma dan diskriminasi yang dialami oleh para penyintas. 

Disingkirkan, dikucilkan, diasingkan dari kelompok masyarakat, bahkan didiskriminasi menjadi nestapa bagi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang kerap kali dianggap wajar bagi masyarakat awam. Terkadang, ungkapan “virus” sudah tidak lagi merujuk pada penyakitnya, melainkan orangnya. Mirisnya, stigmatisasi dan diskriminasi juga menimpa kalangan anak-anak yang mungkin belum mengerti alasan mereka harus meminum obat setiap hari. 

Hal ini menjadi tantangan psikososial bagi para penyintas karena penghakiman tersebut tidak hanya datang dari orang lain, tapi justru dari orang terdekat seperti keluarga, tetangga, teman-teman, hingga guru. Jika lingkungannya sudah mengetahui akan status mereka sebagai penyintas, maka mereka akan cenderung menjauh. Padahal, salah satu yang dibutuhkan oleh para ODHA, terutama pada masa-masa awal terdiagnosis, adalah dukungan secara moral bahwa mereka bisa bertahan.

Penyebaran informasi keliru dan kurangnya edukasi kepada masyarakat mengenai HIV/AIDS menjadi salah satu penyebab menjamurnya stigmatisasi dan diskriminasi kepada para penyintas. Ditambah lagi, masyarakat masih awam dan cenderung skeptis menyangkut informasi HIV/AIDS. Mulai dari penyebab, efek, cara penyebaran, hingga pengobatannya. Peristiwa tersebut biasanya terjadi karena ketakutan berlebih akan penularan HIV dan belum adanya obat yang bisa menuntaskan perkara ini. Bahkan, HIV/AIDS kerap kali dierat-kaitkan dengan perilaku menyimpang, nakal, dan dianggap menjadi aib yang sudah seharusnya ditutupi. 

Yuk, mari membaca pembahasan selengkapnya dengan klik tautan ini atau sobat juga bisa mengunduh dan menyebarluaskannya dengan klik simbol pdf pada laman ini.

Majalah Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Iklan

Popular Posts

Apa yang kamu cari?