Malang, PERSPEKTIF – Sudah memasuki semester kedua, mahasiswa angkatan 2022 Universitas Brawijaya (UB) masih belum mendapatkan jas almamater. Perubahan dalam proses produksi menjadi alasan keterlambatannya.
Rijalludin, Kepala Operasional dan Marketing Badan Usaha Non Akademik (BUNA) menyampaikan bahwa sampai saat ini proses distribusi jas almamater sudah mencapai 70%.
“Hari Rabu yang lalu sudah datang 1200 almamater yang sekarang ada di Gor Pertamina. Kami janji dengan bapak rektor bahwa hari raya ini sudah 50% sudah dikirim ke UB,” ungkapnya (30/3).
Ia menyampaikan, kendala yang dialami disebabkan adanya perubahan proses produksi. Yang awalnya melalui tender, sekarang swakelola oleh badan usaha UB, sehingga terdapat banyak perbedaan, terutama pada administrasinya.
“Yang bikin lama itu dari tender ke swakelola. Karena kami paham bagaimana tidak enaknya kualitas almet yang terdahulu, jadi kami untuk pembuatan almet sekarang memiliki SOP (Standar Operasional Prosedur, red) untuk dikerjakan oleh para penjahit Bojonegoro,” jelasnya.
Dimas Irsyad, salah satu mahasiswa Sosiologi angkatan 2022 menyampaikan banyaknya acara dan kegiatan yang mengharuskan penggunaan jas almamater, membuat mereka repot meminjam kepada angkatan-angkatan diatasnya.
“Untuk meminjam tidak semuanya gampang. Bagi yang memiliki kenalan dengan angkatan lain mungkin gampang untuk meminjam almet. Tetapi, yang ga punya kenalan dan koneksi akan kesulitan untuk meminjam almet untuk kegiatannya,” ungkapnya.
Keluhan selaras juga disampaikan oleh Haikal Arya, mahasiswa Vokasi angkatan 2022. Menurutnya almamater memiliki peran yang cukup penting, terutama untuk menghadiri acara eksternal.
“Almamater cukup penting, misalnya pada saat menghadiri acara diluar kampus seperti postulat dimana identitas sebagai mahasiswa dari suatu universitas diperlukan,” pungkasnya.
Keduanya berharap UB bisa lebih responsif dalam menanggapi keluhan mahasiswa dan bisa memperbaiki sistem pembagian jas almamater tiap tahunnya. (nt/rzz/cns)