Malang, PERSPEKTIF — Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) kembali menyelenggarakan perkuliahan luar jaringan (luring) pada tahun 2022 setelah dua tahun terselenggara secara jarak jauh. Seiring dengan melonjaknya pengunjung kampus dari kalangan sivitas akademika, muncul keluhan terkait fasilitas wifi di lingkungan kampus yang sulit diakses.
Akses wifi yang kurang optimal berakibat pada terhambatnya kegiatan perkuliahan karena titik-titik penting di gedung FISIP seperti ruang kelas tidak disertai dengan jaringan yang bagus.
“Waktu aku masih mengandalkan wifi FISIP, masih mengira wifi FISIP berkualitas, aku mau ikut kuis. Posisinya aku belum punya kuota internet, begitu pakai wifi FISIP, itu jaringannya lemah banget. Padahal itu di kelas yang seharusnya punya wifi memadai untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Akhirnya, berdasarkan pengalaman itu, aku beli kuota internet sendiri,” tutur Novialoren Soewaji, mahasiswa Ilmu Komunikasi 2021.
Hal yang sama juga dialami oleh Fauzan Eza Firmansyah, mahasiswa Jurusan Psikologi angkatan 2021 saat mengikuti kelas yang membutuhkan internet.
“Saat menyimak video materi dari dosen di perangkat masing-masing, aku kesulitan karena wifi tidak bisa digunakan, teman-teman saya juga banyak yang kesulitan,” ujar Fauzan.
Tidak hanya mahasiswa, dosen juga kesulitan melakukan aktivitas perkuliahan. Hal tersebut disampaikan oleh Desi Dwi Prianti yang terganggu melakukan tugasnya sebagai tenaga pendidik karena keterbatasan internet. Seperti gagal menjalankan kuis, gagal menampilkan salindia materi, dan mengakses artikel via online.
“Gagal buka akses GAPURA UB, kadang anak-anak sibuk minta absen, absennya tidak bisa dibuka. Kadang ada pertanyaan dari mahasiswa yang konteksnya terkini dan bagus, saya tahu saya bisa menjelaskan pertanyaan tersebut, tapi saya butuh internet untuk menunjukkan itu,” tambah Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi tersebut.
Menjawab permasalahan ini, Ahmad Imron Rozuli, Wakil Dekan II (WD II) FISIP UB menyatakan problematika ini berhubungan dengan kenyataan bahwa kampus FISIP UB yang tidak dikunjungi banyak orang selama dua tahun. Sehingga wifi tidak digunakan dengan jangkauan yang luas.
“Dalam periode dua tahun, alatnya tidak digunakan dengan berlebih. Jadi ketika datang sekian orang, ada kondisi saat alat perlu diperiksa segera. Apakah secara kapasitas memenuhi jumlah, lalu kondisi peralatannya sendiri,” ujar Imron.
Ia juga menyampaikan bahwa bagian Teknologi dan Komunikasi (TIK) sebagai pengendali akses wifi di seluruh UB sedang memperbaiki masalah ini.
“Ini lagi koordinasi dengan TIK, karena problem-problem seperti itu kan relatif mestinya harus segera diselesaikan dan ini berkaitan dengan aspek proses pembelajaran,” jelas Imron. (fkm/yha/dhs)