Malang, PERSPEKTIF – Universitas Brawijaya (UB) resmi mengurangi kuota jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan menambah kuota jalur Mandiri pada tahun 2022. Kuota SNMPTN yang semula 30%, saat ini dipangkas menjadi 20% sehingga kuota jalur Mandiri yang awalnya 30% ditambah menjadi 50% dari total keseluruhan.
Heri Prawoto Widodo selaku Sekretaris Direktorat Administrasi dan Layanan Akademik Universitas Brawijaya menjelaskan bahwa kebijakan penerimaan mahasiswa baru tahun ini tidak menyalahi aturan pusat. UB bertindak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT).
“Untuk pelaksanaan penerimaan mahasiswa baru 2022 ini sudah ada ketetapan dari LTMPT. Jadi untuk perguruan tinggi PTN-BH (Perguruan Tinggi Berbadan Hukum) minimum SNMPTN 20%, SBMPTN 30%, dan Mandiri 50%, sehingga kita tidak menyalahi ketentuan dan tidak melampaui dari kewenangan yang ada. Semua yang ada sudah ada dasar bagaimana kita mengambil kuota untuk direalisasi pada tahun 2022,” jelasnya (2/3).
Terkait alasan UB lebih memprioritaskan jalur Mandiri, Heri berdalih tidak bisa memberikan jawaban lebih detail karena bukan ranahnya sebagai Sekretaris Direktorat Administrasi dan Layanan Akademik.
“Ini merupakan keputusan semua pimpinan, jadi kami sebagai pelaksana bukan dalam rangka memutuskan. Kami hanya perpanjangan tangan dari keputusan yang sudah diambil pimpinan. Hal ini juga sudah melibatkan semua pimpinan universitas bersama dengan pimpinan setiap fakultas yang menyepakati bahwa kita mengikuti batas minimum LTMPT,” lanjut Heri.
Mendengar kabar ini, tak sedikit mahasiswa UB yang bereaksi. Salah satunya adalah Deva, mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UB yang menilai bahwa fenomena meningkatnya kuota jalur mandiri disebabkan oleh status PTN-BH.
“Setahuku status PTN-BH itu sumber keuangannya bukan lagi dari negara seperti sebelumnya. Kuota mandiri ini bisa jadi sebagai penambahan pendapatan bagi UB, apalagi sebelumnya UB ini juga sudah terkenal dengan kampus komersil,” jelasnya (25/2).
Meskipun demikian, Deva berharap UB tetap memprioritaskan kualitas mahasiswa dengan melakukan tes berbasis ujian sehingga baik dari segi calon mahasiswa tidak merasa terbebani ketika menjalani aktivitas perkuliahan. Kemudian dari segi UB sendiri mampu menjaga iklim pendidikan yang baik. (mam/vny/gra)