Malang, PERSPEKTIF – Mahasiswa internasional Universitas Brawijaya (UB) menyampaikan evaluasi terhadap pelayanan Perpustakaan UB yang kembali dibuka sejak awal Oktober lalu. Evaluasi tersebut disampaikan dalam acara UB Library Sharing Session: Understanding The Users’ Needs yang diselenggarakan di Aula Perpustakaan UB pada Rabu (15/12) pagi.
Beberapa hal penting dari diskusi antara pengurus Perpustakaan UB dan mahasiswa internasional ini menyinggung tentang akses jurnal; repositori skripsi, thesis, dan disertasi; serta fasilitas Perpustakaan UB.
Salah satu mahasiswa asal California, Amerika Serikat, Grady Mitchell, mempertanyakan akses jurnal Perpustakaan UB yang masih terbatas. Selain itu, ia juga merasa kesulitan untuk menemukan jurnal yang membantu tugas kuliahnya dari Perpustakaan UB.
“Akses jurnal di Perpustakaan UB masih terbatas. Ada beberapa jurnal penting dari penerbit ternama di dunia tidak dimiliki di sini (Perpustakaan UB, red). Padahal, itu membantu tugas kuliah saya,” ungkap Mahasiswa Magister Fakultas Ilmu Budaya angkatan 2019 tersebut.
Jika dibandingkan dengan perpustakaan yang ada di Amerika Serikat, persediaan jurnal internasional terbaru di Perpustakaan UB masih terbatas. Bahkan, ia harus mencari sendiri jurnal yang dapat membantu tugas kuliahnya.
“Saya harus mencari jurnal sendiri. Terkadang, saya menghubungi kakak saya di California untuk membantu mencari jurnal yang saya inginkan,” ungkapnya.
Turut berpendapat pula, Magomedov Magomed, Mahasiswa Magister Ilmu Politik yang menyampaikan perlunya fasilitas bahasa Inggris di Perpustakaan UB, seperti pengumuman dan penerjemah. Fasilitas tersebut dapat membantu mahasiswa internasional yang belajar di sana. Selain itu, penggunaan bahasa Inggris juga dapat mengembangkan praktik bahasa Inggris mahasiswa UB.
“Tentu itu (Fasilitas berbahasa Inggris, red) harus ada. Itu juga bagus untuk masa depan mahasiswa,” tutur mahasiswa asal Russia tersebut.
Menanggapi evaluasi dari mahasiswa internasional, Kepala Perpustakaan UB, Iwan Permadi, melihat keterbatasan akses jurnal dan buku terbaru karena adanya permasalahan server dan minimnya suntikan dana dari rektorat. Bahkan pada tahun 2019, Iwan mengatakan Perpustakaan UB tidak menyediakan buku dan jurnal terbaru.
“Pada tiga tahun terakhir juga, Perpustakaan UB tidak melakukan kerja sama dengan JSTOR. Perpustakaan UB hanya menerima Rp 1,15 Miliar dari rektorat. Padahal, anggaran rektorat seluruhnya Rp 1,3 Triliun,” pungkasnya. (mim/ais)