Semenjak mewabahnya Covid-19 di Indonesia pada awal tahun 2020, perubahan seperti pembatasan aktivitas fisik bagi seluruh masyarakat Indonesia telah mulai diterapkan. Pembatasan tersebut berlaku pula pada sektor pendidikan. Seluruh kegiatan belajar mengajar dialihkan menjadi daring. Kebijakan tersebut ditetapkan pemerintah demi memutus mata rantai penyebaran virus corona. Berbagai institusi perguruan tinggi yang sebelumnya melakukan pembelajaran langsung secara tatap muka di kampus, kini harus menerapkan model pembelajaran e-learning atau disebut juga pembelajaran daring. Metode pembelajaran daring tersebut menuntut mahasiswa dan dosen untuk beradaptasi “lagi” dengan metode baru, yang sebelumnya belum pernah dilakukan.
Terdapat beberapa indikator yang cukup vital dalam pelaksanaan perkuliahan daring, antara lain akses internet, fasilitas pendukung, dan serapan materi oleh mahasiswa. Pada praktik kuliah daring yang sudah berjalan lebih dari satu tahun di UB, akses internet masih sering dikeluhkan; baik bagi mahasiswa maupun dosen. Berbagai metode telah dicoba untuk memaksimalkan kegiatan belajar mengajar daring. Di lingkup FISIP dan fakultas lain di UB, terdapat dua metode yang umum digunakan yakni Sinkron dan Asinkron. Masalah lain adalah terkait fasilitas pendukung. Fasilitas pendukung sering dikeluhkan mahasiswa, terutama pada mata kuliah yang mengharuskan adanya praktikum. Kemudian yang terakhir terkait terkait pemahaman dan penerimaan materi oleh mahasiswa yang dinilai masih kurang akibat keterbatasan kuliah daring.
Dari berbagai problematika perkuliahan daring tersebut, Litbang LPM Perspektif melakukan survei sebagai sumber data dari tulisan riset ini. Riset ini bertujuan untuk mengetahui kualitas pemahaman mahasiswa serta metode perkuliahan yang dianggap efektif di lingkungan FISIP Universitas Brawijaya.
Survei ini dilakukan secara online melalui Google Form dengan responden sebanyak 46 mahasiswa FISIP UB angkatan 2016–2020 dari berbagai program studi. Survei ini spesifik membahas permasalahan perkuliahan daring pada Semester Genap 2020/2021. Terkait pemahaman materi dalam pembelajaran daring, sebanyak 80,4% mengaku telah paham. Dari jawaban tersebut kemudian dikembangkan lagi menjadi beberapa tingkatan dengan hasil sebagai berikut: sangat tidak paham (0%), tidak paham (15,2%), cukup paham (52,2 %), Paham (28,3%), dan sangat paham (4,3%).
Terdapat beberapa pendapat terkait masalah pemahaman materi tersebut. Mahasiswa yang paham tentang materi perkuliahannya mengaku merekam perkuliahan daring yang kemudian diputar berulang-ulang. Sedangkan bagi mahasiswa yang tidak memahami materi perkuliahan daring mengatakan alasannya antara lain terkait gangguan jaringan dan device, bosan, serta kurang bersemangat karena belajar dari rumah.
Permasalahan lain dari perkuliahan daring adalah terkait materi praktikum. Sayangnya, praktikum yang seharusnya dilakukan agar mahasiswa bisa lebih memahami materi perkuliahannya, dirasa kurang maksimal pelaksanaannya pada kuliah daring ini. Sebagian mahasiswa yang mengikuti perkuliahan praktikum menilai pelaksanaannya pada kuliah daring hanya sebatas formalitas saja. Sehingga pada akhirnya masih banyak mahasiswa yang kurang memahami praktikum tersebut. Di sisi lain, terdapat 35,1% responden yang mengaku telah terjadi pembatalan praktikum di mata kuliahnya lantaran fasilitas yang kurang memadai karena daring.
Perkuliahan daring di FISIP menerapkan dua metode, yakni Sinkron (secara tatap muka menggunakan video conference) dan Asinkron (penyampaian materi tanpa tatap muka). Kedua metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pada metode sinkron, kelebihannya yaitu mahasiswa dapat memahami lebih baik serta bisa berdiskusi dan berinteraksi langsung. Sedangkan untuk kekurangannya, mahasiswa merasa pembelajaran sinkron memerlukan kuota internet yang lebih banyak, serta tidak jarang terkendala jaringan, baik mahasiswa maupun dosen.
Sementara pada pembelajaran asinkron, mahasiswa merasa dapat memahami lebih lama dibandingkan sinkron serta dapat menghemat penggunaan kuota internet. Sedangkan kekurangannya adalah beberapa materi yang diberikan sering kali hanya berupa powerpoint tanpa penjelasan lebih lanjut. Dari data survei menunjukkan bahwa metode pembelajaran sinkron lebih banyak dipilih mahasiswa, sebanyak 69,6% dibandingkan asinkron.
Masalah lain yang juga dirasakan oleh banyak mahasiswa adalah terkait kualitas pendidikan yang mereka terima. Mungkin saja pada pelaksanaan perkuliahan daring ini banyak yang mendapatkan nilai tinggi. Akan tetapi pada kenyataannya, kualitas materi yang diperoleh masih diragukan. Sebanyak 39,1% mahasiswa merasa nilai yang mereka dapat tidak sebanding dengan pengetahuan yang diperoleh. Tentu saja masalah tersebut lantaran kurang maksimalnya pelaksanaan kuliah daring. Aktifitas belajar mengajar dalam perkuliahan masih memiliki banyak kekurangan sehingga kualitas materi yang diterima pun tidak maksimal.
Berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada mahasiswa FISIP, disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa masih kurang memahami materi selama pelaksanaan perkuliahan daring. Masalah tersebut banyak disebabkan karena gangguan jaringan serta kendala fasilitas pendukung lainnya. Terkait metode pembelajaran daring, mahasiswa FISIP lebih banyak memilih metode sinkron dibandingkan asinkron karena dapat lebih membantu pemahaman mereka. Dengan demikian, dosen dapat mempertimbangkan dalam pelaksanaan kuliah daring berikutnya.
Pembelajaran secara daring menuntut supaya mahasiswa berperan lebih aktif dalam mencari informasi. (Jayawardana, 2017) menyampaikan bahwa pelajaran E-learning berbeda dengan pembelajaran secara konvensional (tatap muka di kelas), yang mana dalam pembelajaran secara e-learning, guru/dosen tidak berperan sebagai sumber informasi utama. Dengan begitu mahasiswa sangat dianjurkan untuk mencari referensi materi lain di luar jadwal kuliah daring. Namun yang juga perlu dipenuhi dalam pembelajaran daring adalah hak yang harus diterima oleh mahasiswa, seperti kuota dan materi pendukung lainnya. (Litbang)
========
Tulisan ini pertama kali diterbitkan dalam Buletin Redaksi Edisi 2 Tahun 2021 dengan judul “Dinamika Kuliah Daring Universitas Brawijaya” pada 1 Oktober 2021.