Malang, PERSPEKTIF – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Timur (Jatim) bersama belasan komunitas dan organisasi melakukan Pawai Hari Lingkungan Hidup di Jalan Ijen, Kota Malang pada Minggu (4/6). Mengusung tema “Menjaga Lingkungan Merawat Masa Depan”, pawai ini menyuarakan beberapa permasalahan lingkungan di Kota Malang seperti ruang terbuka hijau, sampah, suhu udara yang meningkat, dan banjir. Hal-hal tersebut menjadi tanda bahwa telah terjadi krisis iklim.
“Dari investigasi lapangan Walhi Jatim, perubahan-perubahan itu (kondisi lingkungan, red) sangat terlihat. Jadi ini menandakan telah ada krisis iklim di Kota Malang. Salah satunya adalah udara yang terus meningkat, titik banjir yang semakin banyak dan setiap tahun selalu meningkat,” jelas Lila Puspita dari Walhi Jatim.
Data menunjukan Kota Malang hanya memiliki empat persen ruang terbuka hijau dari dua puluh persen yang harus dipenuhi. Hal ini kemudian mengakibatkan permasalahan lain seperti suhu udara yang kian panas dan banyaknya titik banjir baru di Kota Malang.
“Ruang terbuka hijau malah diubah menjadi Mall dan permukiman padat,” tutur Lila dalam orasinya.
Irvan dari Hizbul Wathan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), salah satu komunitas yang ikut dalam pawai mengatakan permasalahan lingkungan seperti pemanasan global.
“Ini sangat kita rasakan. Dulu terasa dingin di Kota Malang, tapi sekarang terasa panas. Sumuk begitu,” ungkapnya.
Selain itu, Irvan juga menyoroti mengenai masalah sampah di Kota Malang. Tercatat, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang menerima enam ratus ton sampah setiap harinya dari berbagai aktivitas manusia di Kota Malang.
“Mungkin ini adalah aksi kecil kita untuk mengkampanyekan kepada masyarakat Malang Raya agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup,” tutup Irvan. (gra/uaep)